Latar Belakang
Manusia diciptakan
dengan segala kesempurnaannya, sistem manusia begitu kompleks dan menarik untuk
dipelajari, sejak ratusan tahun lalu manusia berusaha menemukan jawaban dengan
mempelajari bagaimana tubuh bekerja
sebagai suatu sistem yang terintegrasi. Salah satu sistem tubuh yang banyak
dipelajari oleh para ahli adalah sistem jantung-paru atau disebut dengan cardiovascular system. Secara umum cardiovascular system terdiri atas 4 komponen : jantung,
paru, pembuluh darah dan darah (Pate, 1984), sitem kerja cardiovascular memainkan peranan penting dalam tubuh untuk
memberikan respon terhadap latihan atau olahraga. Latihan
adalah aktivitas sistematik dari
fungsi fisiologi dan psikologi masusia dalam waktu yang panjang, adanya
peningkatan individual untuk mencapai target tertentu (Bompa,1990).
Beberapa
perubahan cardiovascular terjadi
selama latihan bertujuan untuk meningkatkan performa latihan dan bahkan dapat
memberikan pengaruh pada cardiovascular
system dalam masa akut maupun kronis. Sistem cardiovascular yang terjadi secara khusus pada :
1. Heart Rate (HR) / Denyut Nadi
2. Stroke Volume (SV) / Isi Sekuncup
3. Cardiac Output (Q) / Curah Jantung
4. Blood Pressure & Flow / Tekanan dan Aliran Darah
5.
Blood / Darah
(Wilmore, Costili, Kenney, 2008)
PEMBAHASAN
Proses Mekanisme Siklus Jantung ( Cardiac Cycle )
Proses –proses mekanisme pada
jantung-kontraksi, relaksasi, dan perubahan aliran darah melalui jantung yang
ditimbulkannya disebabkan oleh perbahan ritmik aktivitas listrik jantung.
a. Jantung
Secara bergantian berkontraksi untuk pengosongan dan melemas utuk pengisian
dirinya.
Siklus jantung terdiri dari sistol (kontraksi dan pengosongan) dan diastol ( Relaksasi dan Pengisian ) yang bergantian. Kontraksi
terjadi karena penyebaran ekistasi ke seluruh jantung, sementara relaksasi
mengikuti repolarisasi otot jantung, Atrium dan ventrikel melakukan siklus
sistol dan diastol secara terpisah. Kecuali jika disebutkan kata sistol dan
diastol merujuk kepada yang terjadi di ventrikel.
Siklus jantung terdiri atas satu periode relaksasi
yang disebut Diastole, yaitu periode pengisian jantung dengan darah, yang
diikuti oleh satu periode kontraksi yang disebut sistole.
1. Middiastole
ventrikel
Selama sebagaian besar
diastol ventrikel atrium juga masih berada dalam diastol. Tahap ini
berkorespondensi dengan interval Tp pada EKG –interval setelah repolarisasi
ventrikel dan sebelum depolarisasi atrium berikutnya. Karena darah dari sistem
vena terus mengalir kedalam atrium maka tekanan atrium sedikit melebihi tekanan
ventrikel meskipun kedua rongga ini berada dalam keadaan relaksasi . Karena
perbedaan tekanan maka katup Av terbuka dan darah langsung mengalir keatrium
kedalam ventrikel pada sepanjang diastol ventrikel.
2. Menjelang
akhir diastol ventrikel
Menjelang akhir diatol
ventrikel, Nodus SA mencapai batas ambang dan melepaskan muatan. Impuls
menyebar keseluruh Atrium yang tampak di EKG sebagai gelombang P. Depolarisasi
atrium menyebabkan kontrksi atrium dan meningkatkan kurva tekanan atrium dan
memeras lebih banyak darah kedalam ventrikel yang terjadi secara bersamaan
dengan peningkatan tekanan atrium yang disebabkan oleh tambahan volume darah
yang dimasukkan ke ventrikel oleh kontraksi atrium.
3. Akhir
diastol ventrikel
Diastol ventrikel
berakhir pada awitan kontraksi ventrikel. Pada saat ini kontraksi atrium dan
pengisian ventrikel telah tuntas. Volume darah pada akhir diastol disebut volume diastol akhir ( VDA ). Rata-rata
sekitar 135ml.
4. Kontraksi
ventrikel isovolumetrik
Setelah tekanan
ventrikel melebihi tekanan atrium dan katup AV tertutup, maka untuk membuka
aorta maka tekanan ventrikel harus meningkat samapai melebihi tekanan aorta.
Oleh karena itu setelah katup AV tertutup dan sebelum katup aorta terbuka maka
terdapat periode singkat karena ventrikel menjadi ruang tertutup. Karena semua
ruang tertutup maka tidak ada darah yang masuk ataupun keluar dari ventrikel
selama waktu itu. Periode ini dianamakan sebagai Kontraksi ventrikal
isovolumetrik .
5. Ejeksi
Ventrikel
Ketika tekanan vetrikel
melebihi aorta maka katup aorta terbuka dan dimulailah ejeksi atau penyemprotan
darah. Jumlah darah. Jumlah darah yang dipompa keluar dari masing –masing
ventrikel pada setiap kontraksi disebut Isi
Sekuncup (IS).Kurva Tekanan aorta meningkat sewaktu darah dipaksa masuk
kedalam aorta dari ventrikel lebih cepat daripada daarah yang mengalir kedalam
pembuluh-pembuluh yang disebut hilir.
6. Akhir
sistol vetrikel
Ventrikal tidak
mengosngkan isinya secara sempurna selama masa injeksi. Dalam keadaan normal
hanya separuh dari darah didalam ventrikel pada akhir diastol yang dipompa
keluar selama sistol berikutnya.
a. Kedua
bunyi Jantung berkaitan dengan penutupan katup.
Selama Siklus Jantung
secara normal dapat didengar dua bunyi jantung utama dalam stetoskop. Bunyi
janutng utama bernada rendah, lembut dan relatif lama sering disebut bunyi “
lub” Bunyi jantung kedua memiliki nada lebih tinggi serta lebih singkat dan
tajam seperti dikatakan sering berbunyi “Dup”. Bunyi disebabkan getaran yang
terbentuk dalam dinding vetrikel dan arteri besar sewaktu katup menutup dan
bukan oleh katup itu sendiri.
(Sherwood, 2009)
Respon
akut yang terjadi pada cardiovascular
:
1.
Peningkatan HR/ denyut nadi; peningkatan denyut nadi pada saat setelah latihan
diakibatkan kebutuhan penyediaan darah yang lebih banyak pada saat latihan.
2.
Peningkatan Stroke Volume; SV adalah
jumlah darah yang dipompa oleh jantung dalam 1 kali denyutan. SV dipengaruhi
oleh jumlah darah yang kembali ke jantung, kekuatan kontraksi otot jantung dan
stimulasi dari saraf simpatik. Pada waktu latihan ketiganya mengalami perubahan
sehingga terjadilah peningkatan stroke
volume.
3.
Peningkatan Cadiac output; terjadi
karena ada peningkatan stroke volume
dan denyut nadi.
4.
Peningkatan VO2max. Ketika beban kerja meningkat konsumsi oksigen / O2
juga akan meningkat pada saat tersebut ambilan oksigen akan mencapai nilai
maksimal.
Respon
kronis yang terjadi pada cardiovascular
:
Pada
latihan jangka waktu panjang sumber energi yang dipakai adalah mengunakan
oksigen dikenal dengan nama aerobic system.
Pada latihan ini denyut nadi, frekwensi pernapasan, cardiac output dan kebutuhan oksigen meningkat. Peningkatan
frekwensi pernapasan akan miningkatkan jumlah oksigen pada paru-paru yang akan
meningkatkan proses difusi pada pembuluh darah. Peningkatan cardiac output akan meningkatkan jumlah
darah yang ada pada pembuluh darah, akibatnya akan meningkatkan jumlah oksigen
dalam otot. Pada bagian penting peningkatan cardiac
output dapat diperoleh dari peningkatan denyut nadi dan stroke volume. Perubahan stroke volume terjadi selama latihan
relative lebih kecil, salah satu keuntungan dari latihan adalah peningkatan stroke volume. Latihan fisik keras memiliki keterbatasan yaitu kemampuan jantung
sebagai pompa yang mampu mengirimkan darah dalam memenuhi kebutuhan oksigen
ketika terjadi kontraksi otot. Pada kerja yang sangat berat peningkatan denyut
nadi akan akan melewati batas kemampuan akhir dari aktivitas. Ketika aktivitas
kerja berat dihentikan maka denyut nadi akan turun dengan cepat dalam 2-3
menit.
Setelah latihan teratur
1-3 minggu maka akan terjadi perubahan sebagai berikut :
1. Peningkatan VO2max
2. Penururunan target zone maksimal dan submaksimal
3. Penurunan asam
laktat
Dampak
respon kronis pada waktu latihan:
1. Peningkatan ukuran
jantung, terutama pada ventrikel kiri
2.
Penurunan denyut nadi istirahat
Heart
Rate (HR) / Denyut Nadi
HR merupakan salah satu parameter
sederhana yang paling informative,
pengukuran HR pada subjek
biasanya dilakukan pada radial atau
carotid artery. HR merupakan indikator
dari intensitas latihan.
Menurut T. Howley (1997) “Intensitas
latihan adalah besarnya energi yang dibutuhkan untuk beraktivitas dihubungkan
dengan HR atau VO2”.
Resting Heart
Rate (RHR) / Denyut Nadi Istirahat
Pada kebanyakan orang rata-rata RHR
60-80 denyut/menit, Pada atlete yang sudah terlatih RHR bisa lebih rendah dari
orang normal sekitar 28-48 denyut/menit.
Sesaat sebelum memulai latihan denyut
nadi sebelum latihan biasanya meningkat dari kondisi normal, kondisi ini
disebut dengan Anticipatory response,
Anticipatory response terjadi karena ada pelepasan norepinephrine sebagai neurotransmitter
yang berasal dari system saraf simpatik dan juga melepaskan epinephrine
hormone dari adrenal modulla.
Heart
Rate During Exercise
Ketika
kita memulai latihan denyut nadi akan meningkat seiring dengan peningkatan
intensitas, saat intensitas latihan berada pada puncak maksimal maka denyut
nadi juga berada pada titik puncak disebut Maximum
Heart Rate HRMax.
Stroke
Volume (SV)
SV juga meningkat selama latihan, hal ini
terjadi karena tubuh berusaha menyesuaikan terhadap perubahan yang terjadi, SV
ditentukan oleh empat faktor :
1. Volume
darah venous yang kembaali ke jantung
2. Ventricular distensibility
(Kemampuan Ventricle membesar untuk
isi maksimal)
3. Ventricular contractility
(kemampuan kontraksi ventricle)
4. Aortic or pulmonary artery pressure
(tekanan untuk membuat ventrivle
kontaksi)
Mekanisme
SV dapat di jelaskan dalam mekanisme Frank
Starling, saat darah masuk dan mengisi ventricle dalam jumlah besar selama diastole dinding ventricle meregang,
untuk merespons dan mengeluarkan jumlah darah yang besar ventricle akan
berkontraksi dengan kuat.
Keterbatasan
darah yang kembali dari vena (venous
return) dikarenakan saat latihan denyut nadi meningkat, waktu pengisian ventrikel
semakin sedikit sehingga voleme akhir dapat mencapai titik jenuh (plateau) atau bahkan menurun. Faktor
yang dapat meningkatkan adalah dikarenakan saat berlatih tahanan perifer
menurun karena ada vasodilatisi daerah otot yang aktif.
Cardiac
output (Q)
Cardiac Output
adalah Stoke Volume x Heart Rate (Q = SV x HR). Fungsi Q adalah untuk
menyediakan oksigen pada otot yang aktif, sehingga hubungan antara Q dan intensitas latihan adalah linier, demikian juga dengan hubungan
antara intensitas latihan dan denyut nadi. Pada intensitas latihan 40%-60%
HRmax maka SV tidak akan meningkat (plateau) atau meningkat sedikit sehingga
kenaikan cardiac output lebih
disebabkan karena peningkatan denyut nadi. Pada sesorang yang sangat terlatih, cardiac output masih bisa meningkat lagi
pada intensitas latihan yang lebih tinggi, sehingga menyebabkan peningkatan cardiac output.
Pada kondisi normal besar cardiac output seseorang adalah 5 L/min,
hal itu juga dipengaruhi oleh ukuran tubuh seseorang, Maksimal cardiac output pada orang terlatih
sekitar 20 L/min – 40 L/min (elite
endurance athlete). (Wilmore, dkk,
2008)
Blood
Pressure
Saat
melakukan latihan dinamis, tekanan darah
meningkat seiring dengan intensitas latihan. Tekanan sistolik dari 120 mmHg
dapat meningkat hingga 240-250 mmHg pada seseorang yang terlatih. Peningkatan
tekan darah adalah akibat dari meningkatnya cardiac
output atau curah jantung.
Tekanan
sistolik mencapai kesetabilan pada saat intensitas stabil atau saat intensitas
latihan mulai menurun. Hal ini wajar karena meningkatnya vasodilatasi arteriole pada otot yang aktif, yang
menurunkan tahanan total tahanan perifer (Total
Peripheral Resistance/TPR). Blood
Pressure = Cardiac Output x Total Peripheral Resistance. Saat latihan
dengan intensitas yang sama, ekstrimitas tubuh atas menghasilkan tekanan
diastolik yang lebih besar dibandingkan dengan ekstrimitas bawah, hal ini
dikrenakan ekstremitas bagian atas lebih kecil sehingga intensitasnya lebih
berat.
Pada
latihan anerobik (angkat beban) tekanan darah bisa mencapai 480/350 mmHg
terutama saat melakukan valsalva maneuver.
Valsalva Maneuver terjadi bila
seseorang mencoba hembus nafas saat mulut, hidung dan glottis tertutup sehingga mengakibatkan tekanan dalam torak
meningkat (intrathoracic pressure).
Tekanan intrathoracic meningkat
mengakibatkan tahanan perifer meningkat tinggi, sehingga tekanan tubuh berusaha
mempertahankan keseimbangan dengan meningkatkan tekanan sistolik.
Blood Flow
Saat
istirahat, otot hanya mendapat 15%-20% suplai darah, sebaliknya saat latihan
dengan intensitas tinggi otot mendapat suplai 80%-85% dari cardiac output, perubahan aliran darah ini dicapai dengan
mengurangi aliran darah ke ginjal, hati, lambung dan usus halus.
Begitu
latihan dimulai maka otot aktif akan memberi sinyal untuk lebih banyak oksigen,
ini direspon dengan meningkatkan rangsang simpatik yang bersifar vasokonstriksi,
sehingga suhu otot, CO2 meningkat, dan pH
darah menurun. Pada kulit terjadi perubahan dari vasokonstriksi di awal latihan
menjadi vasodilatasi lokal, diikuti dengan melepaskan suhu tubuh yang
meningkat.
Blood
Darah
merupakan salah satu komponen cardiovascular
yang membawa bahan-bahan yang diperlukan
oleh jaringan dan membawa sampah metabolic
dari jaringan. Dengan meningkatnya metabolisme maka darah memiliki peranan
penting dalam menunjang kerja optimal.
Oxygen Content
Saat
istirahat, oksigen darah sekitar 20 mlO2/100ml darah arterial dan 14
mlO2 di daerah vena yang kembali ke atrium/serambi kanan. Perbedaan
ini , 20 mlO2 - 14 mlO2 = 6 mlO2 disebut arterial mixed venous oxygen difference
atau (a-v)O2 difference.
Seiring meningkatnya intensitas latihan maka (a-v)O2 difference juga meningkat secara progresiv
sampai 3x lipat dari saat istirahat, meningkatnya perbedaan tersebut membuat
penurunan kadar O2 di vena, karena O2 lebih banyak
diekstrasi dari darah untuk keperluan pembakaran bahan makanan. Darah vena
jarang kurang dari 4 ml karena darah yang kembali dari jaringan aktif bercampur
dengan darah dari jaringan tidak aktif, oksigen yang digunakan jaringan tidak
aktif lebih sedikit.
Plasma Volume
Pergerakan
cairan keluar masuk kapiler ke jaringan interstitial
adalah karena adanya tekanan hydrostatic
dan osmotic. Karena tekana darah
meningkat saat latihan maka tekana tekanan hidrostatik juga akan naik, hal ini
menyebabkan darah keluar dari kapiler, sehingga produk sampah metabolic di
jaringan otot juga akan bertambah sehingga mengakibatkan intramuscular osmotic pressure bertambah, menyebabkan plasma
tertarik dari kapiler menuju otot. Pada latihan daya tahan yang melelahkan,
volume plasma berkurang 15-20% dalam 1 menit. Untuk aktivitas jangka pendek
dalam beberapa menit maka volume plasma tidak banyak berpengaruh.
Central Regulation of the Cardiorespiratory
System During dynamic Exercise
Penyesuaian
cardiocascular dan respiratory pada saat latihan
berlangsung dengan cepat. Dalam 1 detik kontraksi otot denyut nadi akan
meningkat. Peningkatan cardiac output
dan tekanan darah akan meningkatkan aliran darah pada jaringan otot yang aktif
untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Apa yang menyebabkan perubahan cardiovascular system?
Penjelasan dari
pertanyaan di atas dapat diperoleh melalui Central
Command Theory yang melibatkan aktivasi parallel antara motor dan cardiovascular system di otak. Aktivasi yang cepat pada central command menyebabkan peningkatan denyut nadi dan tekanan
darah. Berikutnya respon cardiovascular pada latihan dimodivikasi oleh mechanoreceptors, chemoreceptors dan baroreceptors. Baroreceptors adalah receptor-reseptor yang sensitive untuk
meregang dan mengirim kembali informasi tekanan darah ke pusat kontrol. Signal
dari perifer dikirim kembali ke pusat control
cardiovascular melalui stimulasi mechanoreceptors
yang sensitive meregangkan otot rangka, dan melalui chemoreceptors yang sensitive meningkatkan metabolisme di dalam
otot. Feedback tekanan darah dan
lingkungan otot lokal membantu untuk cardiovascular
respons.
Respiratory
Responses to Acute Exercise
Yang
mengatur ventilasi paru adalah pusat pernafasan di otak dan input dari reseptor
di otot aktif. Peningkatan CO2 dan H+ di deteksi oleh chemoreseptor di otak, carotid bodies dan paru yang kemudian
merangsang pusat inspirasi untuk meningkatkan kecepatan dan kedalaman
inspirasi. Receptor di ventricle juga
akan memberi informasi ke pusat inspirasi sehingga peningkatan cardiac output diikuti peningkatan
pernapasan. Proses ini adalah untuk menyeimbangkan suplai O2 dengan
kenaikan aliran darah atau cardiac output.
Pulmonary ventilation
meningkat saat latihan seiring langsung dengan meningkatnya kebutuhan metabolik
pada otot yang dilatih. Pada latihan intensitas rendah respon ini mengakibatkan
peningkatan tidal volume (jumlah
udara yang keluar masuk paru saat bernafas), Pada latihan intensitas tinggi
respirasi juga meningkat, jumlah maksimum pulmonary
ventilation tergantung dari ukuran tubuh. Max Ventilation Rate sekitar 100 ml/min pada individu yang lebih
kecil, sedangkan pada invidu yang lebih besar sekitar 200 ml/min.
Breathing
Irregularities During Exercise
Dyspnea
Dyspnea
adalah keadaan dimana nafas pendek-penek saat olahraga, sering terjadi pada
seseorang dengan kondisi fisik kurang baik, mencoba berolahraga pada intensitas
yang mingkatkan CO2, Walaupun pusat informasi sudah memberi signal,
tetapi otot pernafasan sudah lelah dan tidak mampu mempertahannkan homeostasis.
Hyperventilation
Hyperventilation
dapat menurunkan pCO2 dari normal 40 mmHg menjadi 15 mmHg. hal ini
menandakan sensitivitas karbondioksida dan pH, terjadi saat seseorang sudah
melewati ambang anaerobic atau ambang ventilasi (ventilatory threshold), fenomena ini adalah normal.
Valsalva
Maneuver
Adalah
prosedur nafas yang berbahaya biasa di lakukan olah olah olahraga latihan
beban, bisa terjadi bila:
1. Seseorang
menutup glottis (pembukaan diantara
pita suara) saat angkat beban.
2. Memaksa
diaphragm dan otot perut
berkontraksi, sehingga menyebabkan tekanan intraabominal
meningkat.
3. Memakasa
otot pernafasan untuk kontraksi, sehingga menyebabkan intrathorax meningkat dan meningkatkan tekana darah.
Ventilation and Energy Metabolism
Saat
aktivitas yang lama dan kondisi siaga ventilasi akan memenuhi kecepatan
metabolisme energi.
Ventilatory Equivalent for Oxigen
Adalah
perbandingan volume udara yang dikeluarkan / Volume Expiration (VE) dengan oksigen yang dikonsumsi tubuh (VO2),
jadi VE/VO2. Saat istirahat perbandingannya sekitar 23-28 L udara/1L
O2, Saat intensitas mendekati maksimal pebandingan ini lebih besar
dari 30 L udara/1L. umumnya perbandingan
ini dalah konstan, berarti ventilasi paru masih dapat menyediakan O2
yang diperlukan.
Ventilatory Threshold
Meningkatnya
intensitas latihan akan mengakibatkan meningkatnya ventilasi yang tidak
seimbang dengan konsumsi oksigen. Titik tersebut dinamakan ambang ventilasi
atau ventilatory threshold. Ventilatory threshold ini disebabkan
oleh meningkatnya produksi asam laktat dan bereaksi dengan sodium bicarbonate membentuk sodium laktat, air dan karbondioksida.
Meingkatnya CO2 akan meningkatkan respirasi. Jadi Ventilatory Threshold adalah gambaran
renpon respirasi terhadap meningkanya kadar CO2.
Respiratory Limitations to
Performance
Otot
respirasi didisain untuk dapat melakukan kontraksi respirasi yang lebih lama
daripada kontraksi otot rangka. Diafragma mempunyai kapasitas oksidatif maupun
kepadatan kapiler 2-3x lebih besar dari otot rangka. Pada atlet terlatih saat
melakukan usaha maksimal akan mengakibatkan penurunan pO2, dikenal
dengan istilah exercise induced arterial
hypoxemia. Tidak ada waktu untuk alveoli mengikat oksigen secara maksimal.
Pada individu yang rentan latihan dapat menyebabkan asthma atau exercise induced
asthma.
Respiratory Regulation of Acid-Base
Balance
Sistem
respirasi berperan penting dalam penyesuaian keadaaan asam basa saat latihan.
Untuk meminimalkan H+, darah dan otot mengandung larutan basa lemah
untuk menetralisir. Saat istirahat cairan tubuh bersifat basa oleh senyawa
bikarbonat, fosfat dan protein, sehingga pH darah bersifat basa sekitar 7,4 dan
7,1 di otot. Batas toleransi pH di darah adalah 6,9-7,5. pH normal otot adalah
7,1. Bila pH > 7 disebut alkalosis
dan bila pH < 7 disebut acidosis.
Tiga
penyangga tubuh adalah bikarbonat (HCO3), fosfat organic dan
protein, ditambah hemoglobin. Ketika
asam lakta menurun pH dari 7,4 menjadi 7, maka 60% bikarbonat dalam arah telah
digunakan. Fungsi senyawa bikarbonat adalah membawa ian H+ ke paru
dan ginjal, H+ terutama disangga asam fosfat dan sodium fosfat, di
intrasel kurang terdapat bikarbonat. Banyaknya H+ bebas merangsang
pusat respirasi untuk meningkatkan ventilasi.
DAFTAR REFERENSI
Bompa,
Tudor O. 1990. Theory and Methodology of
Training (2nd ed.). Ontario Canada. Kendall/Hunt Publishing
Company.
Comprehensivephysiology.com. Cardiorespiratory
Control During Exercise, diakses 27 Oktober 2012.
Kusnanik,
Nining W, dkk. 2011. Dasar-dasar Fisiologi Olahraga.
Surabaya: Unesa University Press.
Pate,
Rotella, McClenaghan.1984. Dasar-dasar
Ilmuah Kepelatihan. Terjemahan oleh Kasiyo Dwijoyowinoto. Semarang : IKIP
Semarang Press.
Wilmore,
JH, Costill,Kenney. 2008. Physiology of
Sport and Exercise (4th ed.). United State. Human Kinetics.
Howley,
Edward T. Franks, B.Don. 1997. Health
Fitness and Instructor’s Handbook (3rd ed.). United State. Human
Kinetics.
Sherwood, L. 2007. Fisiologi manusia: Dari Sel Ke Sistem
(6th ed.). Jakarta: EGC.
Cardiovascularsystem.wordpress.com. Cardio Conduction System. diakses 27
oktober 2012
http://untukhidupsehat.blogspot.com/2011.
Cara K-erja otot jantung. diakses 27
oktober 2012
0 Comment to "Cardiovascular Response to Exercise"
Post a Comment