1. Pendahuluan
Olahraga merupakan salah satu wadah
untuk berprestasi dan mengharumkan nama negara. Olahraga dizaman modern saat ini telah berkembang
menjadi industri yang tentunya menuntut suatu prestasi maksimal. Tidak mudah untuk meraih suatu
prestasi olahraga, diperlukan pembinaan yang baik dan benar agar mampu
menghasilkan altet-atlet yang bisa mengukir prestasi di dunia internasional. Prestasi
atlet dipengaruhi oleh banyak faktor-faktor tersebut bisa datang dari
dalam( internal) dan bisa datang dari luar (eksternal). Faktor internal
meliputi: kondisi fisik, teknik, taktik, dan askpek psikologi. Sementara
faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi atlet yang berasal dari luar
atlet itu sendiri seperti sarana da prasarana, pelatih, pembina, guru
olaharaga, keluarga, dana, organisasi, iklim, cuaca, makanan yang bergizi dan
lain sebagainya (Syafruddin, 1999).
Menurut Alderman dalam Sudibyo Seyobroto (1993)
menyatakan bahwa penampilan atlet dapat ditinjau dari empat dimensi yaitu :1).
Dimensi kesegaran jasmani meliputi antara lain daya tahan, daya ledak,
kekuatan, kecepatan, kelentukan, kelincahan, reaksi, keseimbangan, ketepatan,
dan sebagainya. 2). Dimensi keterampilan meliputi antara lain: kinestetika, kecakapan
berolahraga tertentu, koordinasi gerak, dan sebagainya. 3). Dimensi bakat
pembawaan fisik meliputi antara lain: keaadan fisik, tinggi badan, berat badan,
bentuk badan, dan sebagainya. 4). Dimensi psikologik meliputi: motivasi,
percaya diri, agresivitas, disiplin, kecemasan, intelegensi, keberanian, bakat,
kecerdasan, emosi, perhatian, kemauan, dan sebagainya.
Dari pernyataan diatas
dapat disimpulkan psikilogi merupakan salah satu faktor internal yang
mempengatuhi atlet meraih prestasi. Ilmu psikologi diterapkan pula ke dalam bidang olahraga yang lalu dikenal
sebagai psikologi olahraga. Penerapan psikologi ke dalam bidang olahraga ini
adalah untuk membantu agar bakat olahraga yang ada dalam diri seseorang dapat dikembangkan
sebaik-baiknya tanpa adanya hambatan dan faktor-faktor yang ada dalam
kepribadiannya. Dengan kata lain, tujuan umum dari psikologi olahraga adalah untuk
membantu seseorang agar dapat menampilkan prestasi optimal, yang lebih baik dari
sebelumnya (Utama,
B. 2000).
Salah satu olahraga yang populer dimasyarakat adalah bolabasket. Bolabasket merupakan olahraga permainan yang
menggunakan bola besar, dimainkan dengan tangan. Bola boleh di oper (di lempar ke teman), boleh dipantulkan ke lantai(
di tempat atau sambil berjalan) dan tujuannya adalah memasukkan bola ke
keranjang lawan. Permainan dilakukan oleh dua regu masing-masing terdiri dari
lima pemain setiap regu berusaha memasukan bola ke keranjang lawan dan menjaga
keranjangnya kemasukan sedikit mungkin (Soedikun I, 1992). Sama seperti cabang olahraga lainnya, bola basket juga
melibatkan aspek psikologis bagi atlet untuk mencapai suatu prestasi optimal. Dalam permainan bola basket aspek psikologi
bukan hanya sebagai peran pendukung akan tetapi telah menjadi bagian dari
permainan tersebut.
Permainan bola basket menuntut para pemain untuk
melakukan kerjasama yang baik, selain itu setiap pemain juga harus memiliki
keterampilan permainan bola basket seperti ball handling, dribbling, passing,
shoting dan rebound. Kondisi fisik seperti kecepatan, kelincahan, dayatahan,
kekuatan juga sangat diperlukan bagi altet bola basket untuk berprestasi (Fardi
A, 1999). Namun terkadang akibat psikologi yang kurang baik saat bertanding
seperti katika atlet mengalami kecemasan yang berlebihan maka semua aspek-aspek
yang telah dipersiapkan sebelumnya akan menjadi sia-sia. Performa atlet menjadi
tidak optimal dan prestasi pun tidak dapat diraih. Berdasarkan latar belakang
diatas penulis tertarik untuk menulis makalah tentang aspek-aspek psikologis yang
berperan dalam peforma olahraga bola basket.
2. Pembahasan
A.
Psikologi
Olahraga
Psikologi adalah ilmu yang
mempelajari perilaku manusia dalam hubungan
dengan lingkungannya, mulai dari perilaku sederhana sampai yang kompleks.
Perilaku manusia ada yang disadari, namun ada pula yang tidak disadari, dan
perilaku yang ditampilkan seseorang dapat bersumber dari luar ataupun dari
dalam dirinya sendiri. Ilmu psikologi diterapkan pula ke dalam bidang olahraga
yang lalu dikenal sebagai psikologi olahraga. (Utama,
B. 2000).
Aspek psikis
merupakan bagian dari pembinaan atlet untuk meraih prestasi tinggi sehingga perlu adanya kajian khusus mengenai
hal tersebut yaitu psikologi olahraga. Psikologi olahraga merupakan bagian dari
psikologi umum yang membantu mencetak atlet dari pemula menjadi juara atau
memperlihatkan prestasinya, dan membantu atlet berbakat untuk mampu
mengaktualisasikan bakatnya dalam prestasi puncak. Psikologi Olahraga diartikan
sebagai sikologi yang diterapkan dalam bidang olahraga meliputi baik langsung
terhadap atlet sebagai pribadi atau dalam tim maupun faktor- faktor di luar
atlet yang berpengaruh terhadap kepribadian dan penampilan atlet (Singgih DG,
1989)
Cox, R.H. (1986) mengemukakan bahwa Sport Psychology is a
science in which the principles of psychology are applied in a sport setting”.
Jadi, Psikologi Olahraga pada hakikatnya adalah psikologi yang diterapkan dalam
bidang olahraga, meliputi
faktor-faktor yang berpengaruh secara langsung terhadap atlet dan faktor-faktor
di luar atlet yang dapat mempengaruhi penampilan (performance) atlet terse-
but. Weinberg, R.S. & Gould, D. (1995) mengemukakan bahwa “Sport and
exercise psychology is the scientific study of people and their behavior in
sport and exercise context”. Dua bidang kegiatannya yang besar adalah 1) mempelajari bagaimana faktor
psikologis mempengaruhi penampilan fisik seseorang, 2) memahami bagaimana keterlibatan seseorang dalam olahraga
mempengaruhi perkembangan psikis, kesehatan, dan kesejahteraan psikisnya.
Apabila dihubungkan
dengan olahraga, khususnya olahraga prestasi, pengertian ini jelas menunjukkan
bahwa penampilan (performance) seorang atlet dipengaruhi oleh berbagai faktor
psikologis. Baik pengaruhnya positif dalam arti penampilan menjadi baik, maupun
negatif dalam arti penampilan menjadi buruk. Ini adalah faktor psikologis, yang
sering kali disebut faktor psikis atau faktor mental. Pengaruh faktor psikis
tersebut dapat bersifat langsung, misalnya karena ada ketegangan emosi yang
berlebihan sehingga mempengaruhi seluruh penampilan atlet. Ada pula faktor
psikis yang tidak secara langsung berkaitan dengan penampilan atlet, atau yang
disebut dengan faktor non-teknis. Contohnya, sebelum masuk ke arena
pertandingan, seorang atlet mendapat telepon dari pacarnya, kemudian terjadi
pertengkaran yang menegangkan aspek emosinya. Saat bertanding, kondisi emosinya
yang bergejolak tersebut akan berpengaruh negative terhadap penampilannya.
Contoh lainnya adalah penggunaan peralatan yang diperlukan untuk bertanding,
seperti sepatu, kacamata atau contact lens, yang tidak nyaman. Hal tersebut
tentu akan mempengaruhi penampilannya.Lingkungan tempat atlet bertanding
seperti kondisi lapangan ataupun penonton juga dapat mempengaruhi kondisi
psikis atlet, baik secara positif maupun secara negatif.
B.
Peranan
Psikologi Olahraga
Penerapan psikologi ke dalam
bidang olahraga ini adalah untuk membantu agar bakat olahraga yang ada dalam diri seseorang dapat dikembangkan sebaik-baiknya tanpa adanya hambatan dan
factor-faktor yang ada dalam kepribadiannya. Dengan kata lain, tujuan umum dari
psikologi olahraga adalah untuk membantu seseorang agar dapat menampilkan
prestasi optimal, yang lebih baik dari sebelumnya (Utama,
B. 2000).
Meningkatnya stres dalam
pertandingan dapat menyebabkan atlet bereaksi secara negatif, baik dalam hal
fisik maupun psikis, sehingga kemampuan olahraganya menurun. Mereka dapat
menjadi tegang. denyut nadi meningkat, berkeringat dingin, cemas akan hasil
pertandingannya, dan mereka merasakan sulit berkonsentrasi. Keadaan ini
seringkali menyebabkan para atlet tidak dapat menampilkan permainan terbaiknya.
Para pelatih pun menaruh minat terhadap bidang psikologi olahraga,
khususnya dalam pengendalian stress. Mental yang tegar, sama halnya dengan teknik dan fisik, akan didapat melalui latihan yang terencana, teratur, dan sistematis. Dalam membina aspek psikis atau mental atlet, pertama-tama perlu disadari bahwa setiap atlet harus dipandang secara individual, yang satu berbeda dengan yang lainnya. Untuk membantu mengenal profil setiap atlet, dapat dilakukan pemeriksaan psikologis, yang biasa dikenal dengan dengan bantuan psikometri.
khususnya dalam pengendalian stress. Mental yang tegar, sama halnya dengan teknik dan fisik, akan didapat melalui latihan yang terencana, teratur, dan sistematis. Dalam membina aspek psikis atau mental atlet, pertama-tama perlu disadari bahwa setiap atlet harus dipandang secara individual, yang satu berbeda dengan yang lainnya. Untuk membantu mengenal profil setiap atlet, dapat dilakukan pemeriksaan psikologis, yang biasa dikenal dengan dengan bantuan psikometri.
Profil psikologis atlet biasanya
berupa gambaran kepnbadian secara umum, potensi intelektual. dan fungsi daya
pikimya yang dihubungkan dengan olahraga. Profil atlet pada umumnya tidak
berubah banyak dari waktu ke waktu. Oleh karenanya, orang sering beranggapan
bahwa calon atlet berbakat dapat ditelusun semata-mata dari profil
psikologisnya. Anggapan semacam ini keliru, karena gambaran psikologis
seseorang tidak menjamin keberhasilan atau kegagalannya dalam prestasi
olahraga, karena banyak sekali faktor lain yang mempengaruhinya. Beberapa aspek
psikologis dapat diperbaiki melalui latihan ketrampilan psikologis
yang terencana dan sistematis, yang pelaksanaannya sangat tergantung dari komitmen si atlet terhadap program tersebut (http://infoplusplus.wordpress.com).
yang terencana dan sistematis, yang pelaksanaannya sangat tergantung dari komitmen si atlet terhadap program tersebut (http://infoplusplus.wordpress.com).
C.
Aspek-aspek
Psikologis yang Mempengaruhi Performa Atlet
Pengaruh faktor psikologis pada atlet akan terlihat dengan jelas pada
saat atlet
tersebut bertanding. Bola basket merupakan olahraga yang tergolong aerobik dan memiliki waktu yang relatif cukup lama. Pertandingan selama 4 x 10 menit yang dilakukan oleh atlet bola basket tidak hanya akan menguras kondisi fisik atlet akan tetapi juga akan melibatkan aspek-aspek psikologis dalam menentukan performa atlet tersebut. Berikut akan diuraikan beberapa aspek psikologis yang berperan mempengaruhi peforma atlet bola basket.
tersebut bertanding. Bola basket merupakan olahraga yang tergolong aerobik dan memiliki waktu yang relatif cukup lama. Pertandingan selama 4 x 10 menit yang dilakukan oleh atlet bola basket tidak hanya akan menguras kondisi fisik atlet akan tetapi juga akan melibatkan aspek-aspek psikologis dalam menentukan performa atlet tersebut. Berikut akan diuraikan beberapa aspek psikologis yang berperan mempengaruhi peforma atlet bola basket.
1. Motivasi
Motivasi dapat dilihat sebagai suatu proses
dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu sebagai usaha dalam mencapai
tujuan tertentu. Motivasi yang kuat menunjukkan bahwa dalam diri orang tersebut
tertanam dorongan kuat untuk dapat melakukan sesuatu. Motivasi merupakan
proses aktualisasi sumber penggerak dan pendorong tingkah laku individu
memenuhi kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi olahraga diartikan
keseluruha daya penggerak (motif- motif) di dalam diri individu yang menimbulkan
kegiatan berolahraga, menjamin kelangsungan latihan dan memberi arah pada
kegiatan latihan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki (Singgih DG,1989).
Motivasi olahraga dapat dibedakan menjadi dua yaitu
motivasi intrinsik dan eksrinsik. Motivasi intrinsic merupakan dorongan yang
kuat dari dalam yang menyebabkan individu berpartisipasi. Atlet yang mempunyai
motivasi intrinsik biasanya mempunyai kepribadian yang matang, jujur, sportif,
tekun, percaya diri, disiplin dan tahan lama. Motivasi intrinsik inilah yang
harus selalu ditumbuh kembangkan dalam diri anak, sayangnya motivasi ini sulit
dipelajari. Sedang motivasi ekstrinsik
merupakan dorongan berasal dari luar individu yang menyebabkan seseorang berpartisipasi.dalam
olahraga. Dorongan ini dapat berasal dari pelatih, teman, orang tua, guru,
kelompok, bangsa, hadiah, bonus, uang, dsb (Utama, B. 2000).
Motivasi yang baik tidak mendasarkan
dorongannya pada faktor ekstrinsik seperti hadiah atau penghargaan dalam bentuk
materi. Akan tetapi motivasi yang baik, kuat, dan lebih lama menetap adalah
faktor intrinsik yang mendasarkan pada keinginan pribadi yang lebih mengutamakan
prestasi untuk mencapai kepuasan diri daripada hal-hal yang material. Olahraga
bola basket memerlukan motivasi yang kuat pada atlet, dengan motivasi yang
tinggi maka pemain dapat bermain dengan penuh semangat dan menampilkan performa
terbaik yang dimilikinya dan menjauhi rasa takut.
2. Kepercayaan Diri
Dalam olahraga, kepercayaan diri sudah pasti
menjadi salah satu faktor penentu suksesnya seorang atlet. Masalah kurang atau
hilangnya rasa percaya diri terhadap kemampuan diri sendiri akan mengakibatkan
atlet tampil di bawah kemampuannya. Karena itu sesungguhnya atlet tidak perlu
merasa ragu akan kemampuannya, sepanjang ia telah berlatih secara
sungguh-sungguh dan memiliki pengalaman bertanding yang memadai.
Peran pelatih dalam menumbuhkan rasa percaya
diri atletnya sangat besar. Syarat untuk untuk membangun kepercayaan diri
adalah sikap positif. Beritahu pemain di mana letak kekuatan dan kelemahannya masing-masing.
Buatkan program latihan untuk setiap atlet dan bantu mereka untuk memasang
target sesuai dengan kemampuannya agar target dapat tercapai jika latihan
dilakukan dengan usaha keras. Berikan kritik membangun dalam melakukan
penilaian terhadap atlet. Ingat, kritik negatif bahkan akan mengurangi rasa
percaya diri. Jika pemain telah bekerja keras dan bermain bagus walaupun kalah.
Jika pemain mengalami kekalahan apalagi tidak dengan bermain baik, hadapkan
mereka pada kenyataan objektif. Artinya, beritahukan mana yang telah
dilakukannya secara benar dan mana yang salah, serta tunjukkan bagaimana
seharusnya.
Menemui pemain yang baru saja mengalami kekalahan
harus dilakukan sesegera mungkin dibandingkan dengan menemui pemain yang baru
saja mencetak kemenangan. Dalam permainan bola basket yang relatif lama sangat
dimungkinkan atlet melakukan banyak kesalahan, pelatih sebaiknya memberikan
intruksi dengan sangat hati-hati karena cara pelatih memberikan intruksi
tentunya akan mempengaruhi kepercayaan diri atlet (http://infoplusplus.wordpress.com).
3. Kecemasan dan Ketegangan
Kecemasan biasanya diawali adanya
rasa takut yang berlebihan dari dalam diri dalam menghadapi sesuatu.
Respon respon terhadap rasa takut ini
lah yang menimbulkan perasaan kecemasan. Kecemasan yang berlebihan tentunya
akan menyebabkan atlet menampilkan performa yang tidak baik. Kecemasan-kecemasan
tersebut membuat atlet menjadi tegang, sehingga bila ia terjun ke dalam
pertandingan maka dapat dipastikan penampilannya tidak akan optimal
(Cox RH, 1986).
Setiap atlet pasti pernah mengalami
ketegang/kecemasan pada saat menjelang atau saat pertandingan/perlombaan.
Ketegangan/kecemasan berpengaruh langsung terhadap penampilan berolahraga.
Sumber ketegangan/kecemasan berasal dari dalam diri atlet dan dari luar atlet.
Beberapa contoh ketegangan/kecemasan dari dalam antara lain : mengandalkan
kemampuan teknik saja, puas diri, berfikir negatif. Sedang ketegangan/kecemasan
dari luar antara lain adanya stimulus yang membingungkan, penonton, pelatih,
orangtua, beda kelas, dan sebaginya (Sudibyo S, 1993).
Seringkali
seorang atlet mengalami ketegangan yang memuncak hanya
beberapa saat sebelum pertandingan dimulai. Demikian hebatnya ketegangan
tersebut sampai ia tidak dapat melakukan awalan dengan baik.
Apalagi jika lawannya dapat menekan dan
penonton pun
tidak berpihak padanya, maka dapat dibayangkan atlet tersebut tidak akan dapat bermain baik. Konsentrasinya
akan buyar, strategi yang sudah disiapkan
tidak dapat dijalankan, bahkan ia tidak
tahu harus
berbuat apa.
Cara mengatasi ketegangan/kecemasan melalui teknik
intervensi, mencari sumbernya, pembiasaan, dan teknik khusus. Teknik intervensi
dimaksudkan pelatih dalam usahanya mengurangi/menghilangkan
ketegangan/kecemasan langsung bertindak kepada atletnya melalui instruksi
mengenai pemusatan perhatian, pengaturan pernafasan, relaksasi otot-otot secara
progresif. Teknik pembiasaan untuk permasalahan yang biasanya dijumpai dalam
pertandingan disajikan dalam latihan. Tenknik khusus seperti melalui musik juga
dapat menjadi alternative (Utama, B. 2000).
4. Emosi
Emosi merupakan gejala kejiwaan yang muncul karena adanya persepsi
seseorang terhadap sesuatu hal yang mempengaruhi perilaku manusia. Faktor-faktor emosi dalam
diri atlet meliputi sikap dan perasaan atlet secara pribadi terhadap diri
sendiri, pelatih maupun hal-hal lain di sekelilingnya. Bentuk-bentuk emosi
dikenal sebagai perasaan seperti senang, sedih, marah, cemas, takut, dan
sebagainya. Bentuk-bentuk emosi tersebut terdapat pada setiap orang. Akan
tetapi yang perlu diperhatikan di sini adalah bagaimana kita mengendalikan
emosi tersebut agar tidak merugikan diri sendiri (Sudibyo S, 1993).
Pengendalian emosi dalam pertandingan
olahraga seringkali menjadi faktor penentu kemenangan. Para pelatih harus
mengetahui dengan jelas bagaimana gejolak emosi atlet asuhannya, bukan saja
dalam pertandingan tetapi juga dalam latihan dan kehidupan sehari-hari. Pelatih
perlu tahu kapan dan hal apa saja yang dapat membuat atletnya marah, senang, sedih,
takut, dan sebagainya. Dengan demikian pelatih perlu juga mencari data-data
untuk mengendalikan emosi para atlet asuhannya. Yang tentu saja akan berbeda antara atlet yang satu dengan atlet lainnya. Gejolak
emosi dapat mengganggu keseimbangan psikofisiologis seperti gemetar, sakit
perut, kejang otot, dan sebagainya. Dengan terganggunya keseimbangan fisiologis
maka konsentrasi pun akan terganggu, sehingga atlet tidak dapat tampil maksimal
(http://Infoplusplus
.wordpress. com).
Kejadian-kajadian saat pertandingan bola
basket tentunya perlu dihadapai dengan emosi yang baik oleh para atlet.
Benturan dan kontak fisik tak dapat dihindari oleh setiap atlet, oleh karena
itu setiap tindakan harus dapat dikendalikan oleh atlet. Dengan mengendalikan
emosi saat bertanding tentunya akan membuat atlet menjadi lebih tenang dan
dapat menampilkan performa terbaik dalam pertandingan.
5. Agresivitas
Agresi adalah suatu tindakan yang
merugikan atau melukai orang lain dan suatu tindakan yang mempunyai arti
semangat yang dapat mencapai sebuah kemenangan atau prestasi. Beberapa
contoh dalam cabang olahraga yang bermotivasi semangat seperti pemain belakang
dalam sepakbola akan berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan wilayahnya
dari serangan pemain depan lawan dengan cara menyikut maupun kontak fisik pada
saat akan melakukan rebound (Utama, B. 2000).
Di dalam olahraga dikenal adanya
dua jenis tindakan agresi yaitu tindakan agresi kerena frustasi dan tindakan
agresi bukan karena frustasi. Tindakan agresi karena frustasi biasanya tindakan
yang dilakukan disertai dengan rasa marah dan ingin mencelakai atau melukai
orang lain, yang biasanya juga disebut dengan istilah hostile aggression. Sedangkan tindakan agresi yang bukan karena
frustasi (instrumental aggrasuon) ada
bermacam-macam seperti beberapa diantaranya adalah tindakan agresif karena
meniru, tindakan agresif karena perintah dan tindakan agresif karena pengaruh
kelompok (http://yuki24.wordpress.com).
Kekerasan biasanya diperoleh dari
kondisi dalam lingkungan sosial. Frustasi yang diakibatkan oleh kegagalan tim
dapat membawa pada kekersan penggemar. Persoalan ini dapat terlihat dengan
nyata apabila pelatih menanggapi kegagalan tersebut dengan emosi yang tidak
terkendali dan serangan dengan kata-kata pada offisial atau lawan. Dalam
keadaan seperti ini pelatih dapat disadari dengan mudah menghasut masa untuk
bertindak kekerasan. Oleh karena itu pelatih harus benar-benarr berbuat secara
tepat. Demikian juga, olahragawan harus tahu bahwa mereka menghadapi hukuman
yang keras dan langsung atas tindaka perkelahian dan kekerasan liannya. Sekali
ditetapkan, peraturan tersebut haruslah dipegang
teguh (http://yuki24.wordpress.com).
6. Intelegensi
Kualitas gerak salah satunya dipengaruhi oleh faktor
intelegensi/kecerdasan. Intelegensi diartikan kemampuan umum individu untuk
bertindak secara terarah. Berfikir secara rasional serta menyesuaikan diri
dengan lingkungannya secara efektif. Dalam olahraga bola basket yang dibutuhkan
adalah intelegensi praktis dalam arti mampu bertidak cepat,tepat, banyak
inisiatif, dan kreatif.
Fungsi
intelegensi antara lain untuk menyusun strategi bertanding dan taktik
bertanding, melalui pertimbangan kelemahan dan kelebihan lawan maupun diri sendiri.Aspek
intelegensi dapat berkembang melalui pendidikan formal yaitu di sekolah-
sekolah, maupun pendidikan non formal dimasyarakat melalui
diskusidiskusi,kursus- kursus, membaca, diskusi, menonton, latihan- latihan
kognisi. Dengan intelegensi yang baik atlet juga mampu mengerti taktik dan
strategi yang diberikan oleh pelatih dan menerapkannya sewaktu bermain (Utama,
B. 2000).
7. Kosentrasi
Konsentrasi merupakan suatu keadaan di mana
kesadaran seseorang tertuju kepada suatu obyek tententu dalam waktu tertentu.
Makin baik konsentrasi seseorang, maka makin lama ia dapat melakukan
konsentrasi. Dalam olahraga, konsentrasi sangat penting peranannya. Dengan berkurangnya
atau terganggunya konsentrasi atlet pada saat latihan, apalagi pertandingan,
maka akan timbul berbagai masalah. Dalam olahraga bola basket masalah yang
paling sering timbul akibat terganggunya konsentrasi adalah berkurangnya
akurasi lemparan dan tembakan sehingga tidak mengenai sasaran. Akibat lebih lanjut
jika akurasi berkurang adalah strategi yang sudah dipersiapkan menjadi tidak
jalan, sehingga atlet akhimya kebingungan, tidak tahu harus bermain bagaimana
dan pasti kepercayan dirinya pun akan berkurang. Untuk menghindari keadaan
tersebut, perlu dilakukan latihan berkonsentrasi (http://infoplusplus.wordpress.com).
3. Kesimpulan
Psikologi
Olahraga diartikan sebagai psikologi yang diterapkan dalam bidang olahraga meliputi
baik langsung terhadap atlet sebagai pribadi atau dalam tim maupun faktor-
faktor di luar atlet yang berpengaruh terhadap kepribadian dan penampilan atlet.
Penerapan psikologi ke dalam bidang olahraga ini adalah untuk membantu
agar bakat olahraga yang ada dalam diri seseorang dapat
dikembangkan sebaik-baiknya tanpa adanya hambatan dan factor-faktor yang ada
dalam kepribadiannya. Dengan kata lain, tujuan umum dari psikologi olahraga
adalah untuk membantu seseorang agar dapat menampilkan prestasi optimal, yang
lebih baik dari sebelumnya. Sama seperti cabang olahraga lainnya, bola basket juga melibatkan aspek
psikologis bagi atlet untuk mencapai suatu prestasi optimal. Dalam permainan bola basket aspek psikologi
bukan hanya sebagai peran pendukung akan tetapi telah menjadi bagian dari permainan
tersebut
faktor psikologis
pada atlet akan terlihat dengan jelas pada saat atlet
tersebut bertanding. Bola basket merupakan olahraga yang tergolong aerobik dan memiliki waktu yang relatif cukup lama. Pertandingan selama 4 x 10 menit yang dilakukan oleh atlet bola basket tidak hanya akan menguras kondisi fisik atlet akan tetapi juga akan melibatkan aspek-aspek psikologis dalam menentukan performa atlet tersebut. Beberapa askpek psikologis yang mempengaruhi performa atlet basket diantaranya: motivasi, kepercayaan diri, kecemasan dan ketegangan, emosi, agresivitas, intelegensi dan konsentrasi. Untuk mencapai prestasi optimal atlet dan pelatih sebaiknya juga memperhatikan aspek-aspek psikologis tersebut.
tersebut bertanding. Bola basket merupakan olahraga yang tergolong aerobik dan memiliki waktu yang relatif cukup lama. Pertandingan selama 4 x 10 menit yang dilakukan oleh atlet bola basket tidak hanya akan menguras kondisi fisik atlet akan tetapi juga akan melibatkan aspek-aspek psikologis dalam menentukan performa atlet tersebut. Beberapa askpek psikologis yang mempengaruhi performa atlet basket diantaranya: motivasi, kepercayaan diri, kecemasan dan ketegangan, emosi, agresivitas, intelegensi dan konsentrasi. Untuk mencapai prestasi optimal atlet dan pelatih sebaiknya juga memperhatikan aspek-aspek psikologis tersebut.
4. Daftar Pustaka
Cox,
Richard H, 1986. Sport Psychology
Concepts and Applications. USA: Wm. C. Brown Publishers.
Fardi, Adnan. (1999). Bola Basket Dasar. Padang: FIK UNP.
http://infoplusplus.wordpress.com.
Psikologi Olahraga. Diakses tanggal 20 Januari 2013.
http://yuki24.wordpress.com. Agresi Dalam
Olahraga. Diakses tanggal 20 Januari 2013.
Singgih D Gunarsa. 1989. Psikologi
Olahraga. Jakarta: BPK. Gunung Mulia.
Singer, Robert N. 1986. Peak Performance
and more. New York: MP Inc.
Soedikun, Imam. (1992). Olahraga Pilihan
Bolabasket. Padang: Depdikbud.
Sudibyo, Setyobroto. 1993. Psikologi Kepelatihan.
Jakarta:CV Jaya Sakti.
Syaffruddin.(1999). Dasar-Dasar Kepelatihan Olahraga.
Padang: FIK UNP.
Utama, bandi. 2000. Aspek Psikologis Dalam Pembinaan Atlet. Yogyakarta : FIK UNY.
0 Comment to "Aspek-aspek Psikologis yang Mempengaruhi Performa Altet Bola Basket"
Post a Comment