Sport_Medicine_Online
Keseimbang panas diperoleh ketika terjadi kesamaan jumlah panas yang hilang dengan yang
diproduksi atau didapatkan. Panas hilang dari tubuh melalui konveksi,
konduksi, radiasi dan evaporasi.
Konveksi di
definisikan sebagai transfer panas dari satu tempat ke tempat lainnya dengan bergerak melalui zat
penghantar panas (contohnya udara). Konduksi adalah panas yang bertukar diantara dua objek yang berbeda
temperatur dengan saling melakukan kontak
secara langsung . Radiasi meliputi
transfer panas antara dua
objek melalui gelombang
elektromagnetik. Panas
yang hilang akibat evaporasi merupakan hasil dari perubahan satu cairan (contohnya keringat) menjadi uap. Panas yang diperoleh oleh tubuh sebagian besar melalui
proses metabolisme, tetapi
panas mungkin juga diperoleh oleh tubuh dari lingkungan yang mengalami radiasi,
konveksi, dan konduksi.
Fungsi
dari sistem termoregulatori adalah untuk mempertahankan temperatur tubuh bagian dalam agar
relatif konstan disaat istirahat maupun disaat
latihan. Komponen
dasar sistem termoregulatori
adalah (1). reseptor panas yang berada di
hipotalamus salah satu bagian otak
dan di Kulit, (2).
Efektor panas atau organ
seperti otot skeletal, otot halus pada arteri,
kelenjar keringat dan dikelenjar endokrin,
(3). Sebuah Pusat regulatori panas berada di hipotalamus yang mengkordinasikan informasi
masuk yang berasal dari
reseptor dengan regulasi tindakan
yang dikeluarkan oleh organ efektor.
Hal
utama yang menandakan tubuh kehilangan panas selama latihan
atau terjadi pengeluaran panas adalah (1)
Pengaturan sirkulasi yang meningkatkan ailran darah
pada kulit dengan yang dihasilkan
dari vasodilatasi
pada kulit, (2). Evaporasi yang dingin yang merupakan hasil dari peningkatan
sekresi keringat. Panas di bagian dalam tubuh dihasilkan sebagian besar oleh
hati dan otot skeletal dilakukan oleh
darah (sirkulasi konveksi) menuju permukaan dimana
konduksi, konveksi, radiasi dan partikular evaporasi terjadi. Darah yang telah didinginkan kemudian kembali ke warmer core dan siklus diulangi.
Panas
yang berbahaya selama latihan
ditunjukan tidak hanya dengan penurunan performa
kerja, tetapi juga dengan kecenderungan terjadinya penyakit panas. Gangguan ini dikategorikan dalam urutan yang
kejadiannya meningkat dikenal sebagai (1) heat cramps, (2) heat syncope, (3)
heat exhaustion kekurangan air, (4) heat exhaustion kekurangan garam, (5) heat
stroke. Paling sering yang menjadi denominator untuk semua gangguan ini adalah (1) Pengeluaran panas, (2) kehilangan air, (3) penyimpanan
panas, biasanya digambarkan dengan besarnya temperatur dalam tubuh. Meskipun
begitu, satu faktor utama yang paling penting, berdasarkan standar klinis,
adalah hilangnya cairan tubuh. Juga kurangnya perhatian terhadap heat cramps, heat syncope, dan heat
exhaustion dapat menyebabkan terjadi heat
stroke dan akhirnya terjadi kematian karena kerusakan yang tidak dapat
diperbaiki pada sistem saraf pusat.
Gangguan panas pada atlet dapat di kurangi secara signifikan melalui:
(1) Pergantian air dan elektrolit yang cukup, (2) penyesuaian terhadap panas,
(3) mengetahui limitasi yang dikenakan dengan menggabungkan latihan, pakaian
dan panas lingkungan.
Respon individu terhadap dingin terjadi melalui cara fisiologis dan
tingkah laku. Respon fisiologis antara lain vasokonstriksi sekeliling tubuh,
thermogenesis tanpa menggigil, menggigil, piloeraksi. Respon tingkah laku
seperti menggunakan pakaian yang sesuai, menghindari dingin, dan mengubah
tingkat aktivitas fisik. Jaringan paru biasanya tidak mengalami bahaya
pembekuan karena udara dikondisikan sebelumnya dapat mencapai jaringan paru.
Kepala yang tidak terlindungi dapat menjadi penyebab yang signifikan hilangnya
panas selama latihan. Walaupun, itu mungkin tidak melebihi 20 % dari total
panas yang hilang. Jumlah energi kerja submaksimal ditingkatkan dikarenakan
menggigil sewaktu latihan. Kosumsi oksigen maksimal tidak terpengaruh kecuali temperatur inti berkurang.
windchill merupakan konsep yang penting karena memberikan sarana yang
mengkalkulasikan panas yang hilang dari tubuh. Kecepatan angin dan temperature
faktor penting untuk mengukur windchill. Dua konsep pengeluaran dingin adalah
radang dingin dan hipotermia. Tubuh manusia membeku ketika temperature mencapai
antara -20
dan -60
C. Hipotermia dapat terjadi dibawah kondisi yang dikategorikan sebagai ringan.
Faktor penting untuk toleransi dingin diantaranya adalah area permukaan tubuh,
simpanan cadangan lemak, umur, kebugaran fisik. Jenis kelamin yang berbeda
muncul mejadi faktor yang terkait.
Atlet mungkin
beradaptasi terhadap musim dingin melalui aktivitas harian. Dengan pakaian yang
sesuai, atlet juga dapat berlatih dengan sukses di lingkungan yang dingin.
(Chafter 17 : Translate By Fox,1 993)