Sport_Medicine_Online
Sumber : FOX :1993
KAJIAN
PUSTAKA DAN PEMBAHASAN
Wanita Dan Olahraga
Karakteristik
Fisiologis Olahragawan Wanita
Dalam
banyak hal wanita menanggapi latihan dengan cara yang sama seperti
yang dilakukan oleh pria. Bagaimanapun jenis kelamin akan berbeda dalam faktor
anatomis dan fisiologis yang berhubungan dengan latihan tertentu. Dalam kaitan
dengan penampilan olahraga, perbedaan jenis kelamin secara fisiologis yang
terpenting terletak pada ukuran tubuh, kekuatan otot, komposisi tubuh
dan fungsi kardiovaskuler, Pate, (1993)
2.1.1 Ukuran Tubuh
Setelah
berusia kira-kira 13 tahun pria cenderung menjadi lebih tinggi dan lebih berat
dari wanita. Pada orang dewasa rata-rata pria lebih tinggi 5 inci dan lebih
berat 30-40 pon dari rata-rata wanita, Wilmore (1982). Sedangkan Fox
(1993) mengatakan jika dibandingkan dengan rata-rata laki- laki dewasa,
perempuan dewasa 3-4 inci lebih pendek.Perbedaan dalam ukuran tubuh memberi
keuntungan yang nyata pada pria dalam olahraga tertentu yang berhubungan
langsung dengan tinggi badan misalnya bola basket dan massa tubuh misalnya
nomor-nomor berat badan dalam atletik.Kerangka pada wanita dan juga kepadatan
tulangnya kira- kira 25% lebih rendah dari pada pria dan rasio tuas
sendi-endinya secara fungsional juga kurang efektif. Capsula sendi juga
lebih lunak dan banyak diantaranya juga lebih kendur, yang merupakan tanda
lebih rendahnya toleransi terhadap stres-stres fisik yang ekstrim dan pada
umumnya cenderung lebih mudah cedera. Contoh yang sering terjadi adalah sub-luxatio sendi talo-tibial (sendi
untuk melompat) pada wanita.
Pada orang dewasa, dimensi fisik pria rata-rata 7-10% lebih besar daripada wanita. Perbedaan ukuran itu pada anak-anak sangat sedikit sampai usia pubertas, di kala itu untuk sementara anak-anak perempuan bahkan lebih tinggi dan lebih besar daripada anak laki-laki. Hal ini disebabkan awal pubertas yang lebih dini pada anak perempuan (9-13 tahun)dari pada anak laki-laki (10-14 tahun) dengan waktu yang lebih panjang pula. Dibawah pegaruh hormon pria, testoteron, laki-laki tumbuh lebih tinggi, dengan gelang bahu yang lebih luas, panggul yang lebih sempit dan tungkai yang lebih panjang. Wanita, melalui pengaruh hormon estrogen berkembang dengan bahu yang lebih sempit, panggul yang lebih luas realatif terhadap tinggi badannya dan “carrying angle” yang lebih besar pada sendi siku, yang mengakibatkan kerugian mekanik bagi lari dan melempar.
Pada orang dewasa, dimensi fisik pria rata-rata 7-10% lebih besar daripada wanita. Perbedaan ukuran itu pada anak-anak sangat sedikit sampai usia pubertas, di kala itu untuk sementara anak-anak perempuan bahkan lebih tinggi dan lebih besar daripada anak laki-laki. Hal ini disebabkan awal pubertas yang lebih dini pada anak perempuan (9-13 tahun)dari pada anak laki-laki (10-14 tahun) dengan waktu yang lebih panjang pula. Dibawah pegaruh hormon pria, testoteron, laki-laki tumbuh lebih tinggi, dengan gelang bahu yang lebih luas, panggul yang lebih sempit dan tungkai yang lebih panjang. Wanita, melalui pengaruh hormon estrogen berkembang dengan bahu yang lebih sempit, panggul yang lebih luas realatif terhadap tinggi badannya dan “carrying angle” yang lebih besar pada sendi siku, yang mengakibatkan kerugian mekanik bagi lari dan melempar.
2.1.2 KomposisiTubuh
Wanita
normal memang lebih kecil dan lebih ringan daripada pria, rasio proporsi lemak
terhadap otot wanita adalah 18:42. Artinya, secara relatif jumlah otot
pada pria lebih banyak daripada wanita, sehingga jelaslah bahwa wanita tidak
mungkin menyamai pria dalam hal kekuatan maksimalnya. Hormon Oestrogen
pada wanita berperan dalam penimbunan lemak pada tempat-tempat tertentu selama
masa pubertas, sedangkan testosteron merangsang perkembangan otot pada pria.
Bila dinyatakan dalam persentasi dari berat badannya, wanita dewasa
memiliki lemak sekitar dua kali lebih banyak daripada pria.
Menuut Pate, (1993) pada orang dewasa muda persentasi lemak tubuh rata-rata 25% untuk wanita dan 15% untuk pria. Perbedaan ini terjadi karena berat lemak absolut pada wanita lebih besar dibandingkan dengan berat tanpa lemak. Perbedaan jenis kelamin dalam komposisi tubuh telah diteliti pada olahrgawan maupun bukan olahragawan. Meskipun olahragawan dari kedua jenis kelamin cenderung lebih kurus (tidak berlemak) daripada seseorang yang tidak banyak bergerak, olahragawan wanita biasanya terlihat gemuk apabia dibandingkan dengan olahragawan pria, Wells dan Plowman (1983).
Menuut Pate, (1993) pada orang dewasa muda persentasi lemak tubuh rata-rata 25% untuk wanita dan 15% untuk pria. Perbedaan ini terjadi karena berat lemak absolut pada wanita lebih besar dibandingkan dengan berat tanpa lemak. Perbedaan jenis kelamin dalam komposisi tubuh telah diteliti pada olahrgawan maupun bukan olahragawan. Meskipun olahragawan dari kedua jenis kelamin cenderung lebih kurus (tidak berlemak) daripada seseorang yang tidak banyak bergerak, olahragawan wanita biasanya terlihat gemuk apabia dibandingkan dengan olahragawan pria, Wells dan Plowman (1983).
2.1.3 Fungsi
Kardiovaskuler
Fakta-fakta
yang ada menunjukkan bahwa potensi rata-rata wanita untuk pengangkutan oksigen
lebih rendah daripada pria. Wanita menunjukkan konsentrasi hemoglobin darah
yang rendah daripada pria dan mereka cenderung memiliki jantung yang lebih
kecil meskipun besar jantung relatif terhadap berat badan. Giri (2007)
pria mempunyai darah yang kurang lebih satu liter lebih banyak daripada
wanita, dengan kadar hemoglobin yang lebih tinggi pula. Fox, (1993) mengatakan
perbedaan volume darah dan konsentrasi hemoglobin antara pria dan wanita
hanya sedikit di usia muda. sebelum puberitas dan terdapat perbedaan yang
signifikan setelah masa puberitas. Jika dibandingkan antara pria dan wanita
tidak terlatih, volume darah wanita sekitar 25% lebih rendah dan sekitar
12% setelah masing-masing dilatih.Ukuran absolut jantung wanita
kelompok umur 20-30 tahun tidak terlatih, lebih dari 200 cc lebih kecil
daripada jantung pria yang juga tidak terlatih pada kelompok umur yang sama.
Konsentrasi hemoglobin yang rendah berhubungan dengan kapasitas pengiriman
oksigen yang rendah dalam darah dan jantung yang kecil berhubungan dengan
volume maksimum dan keluaran jantung yang kecil pula.
Volume normal jantungpria kurang lebih 800 cc, sedangkan wanita 580 cc. Perbedaan ini semakin jelas pada olahraga power dengan nilai pada pria 900 cc, sedang wanita 700 cc. Dimensi jantung pada pria adalah lebih besar sehingga volume sedenyutnya juga lebih besar, volume paru kurang lebih 10% lebih besar daripada wanita. Wanita mempunyai nadi istirahat yang sedikit lebih tinggi, meski denyut jantung maksimal sesuai umur sama untuk kedua jenis kelamin.
Volume normal jantungpria kurang lebih 800 cc, sedangkan wanita 580 cc. Perbedaan ini semakin jelas pada olahraga power dengan nilai pada pria 900 cc, sedang wanita 700 cc. Dimensi jantung pada pria adalah lebih besar sehingga volume sedenyutnya juga lebih besar, volume paru kurang lebih 10% lebih besar daripada wanita. Wanita mempunyai nadi istirahat yang sedikit lebih tinggi, meski denyut jantung maksimal sesuai umur sama untuk kedua jenis kelamin.
2.2 Sistem
Energi
2.2.1 Sistem
Energi ATP-PC
Karena
jumlah massa otot rangka pada wanita lebih sedikit pada wanita, maka jumlah
cadangan phospagen yang tersedia pada saat latihan juga sedikit.
Perbandingan kapasitas fungsional dari sistem ATP-PC antara pria dan
wanita dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu, fast component of
recovery oxygen measurements, Margaria anaerobic Power Test,
rasio peforma / perbandingan peforma antara pria dan wanita.
2.2.2 Sistem
Energi Anaerobik- Glikolisis
Wanita
cendrung memiliki kadar asam laktat dalam darah yang lebih rendah dibandingkan
dengan pria setelah latihan maksimal. Kadar asam laktat yang lebih rendah itu
menunjukkan bahwa kapasitas sistem energi anerobik-glikolisis juga lebih rendah
pada wanitta. Sama seperti sistem ATP-PC, salah satu alasan kapasitas
sistem asam laktat lebih rendah pada wanita adalah jumlah massa
otot yang lebih kecil. Hal ini menunjukkan bahwa wanita berkemungkinan
sedikit lebih mengalami kerugian ketika bersaing dalam kompetisi yang
melibatkan sebagaian besar sistem asam laktat dibandingkan dengan pria.
2.2.3 Sistem
Energi Aerobik
Seperti
pada dua kapasitas anaerobik yang telah disebutkan sebelumnya, kemampuan
aerobik maksimal (VO2 max) wanita juga lebih rendah dibandingkan dengan
pria, sekitar 15 sampai 25%. Fox, (1993) mengatakan ada dua hal yang perlu
diperhatikan :
1.Perbedaan
VO2 max antara pria dan wanita ini tidak tampak pada usia muda dan paling jelas
selama dewasa atau setengah baya. Hal ini berhubungan dengan fakta seperti yang
disebutkan sebelumnya bahwa perbedaan ukuran tubuh dan komposisi tubuh antara
pria dan wanita sangat sedikit sebelum puberitas dan perbedaanya sangat
besar saat dewasa.
2.Perbedaan
VO2 max antara dua jenis kelamin sangat kecil jika dinyatakan relatif
terhadap dimensi ukuran tubuh seperti berat badan. Dan ini
kembali lagi pada perbedaan ukuran tubuh dan komposisi antara 2 jenis kelamin
ini. Karena metabolisme yang bekerja pada otot rangka menentukan kemapuan VO2
max. Perbedaan VO2 max antara pria dan wanita rendah jika Vo2max dinyatakan
reatif terhadap massa tubuh tanpa lemak dan bahkan ke tingkat yang
lebih rendah ketika
berhubungan
dengan massa otot aktif. Pada kenyataannya dalam peforma atletik
hanya yang mempunyai hubungan bermakna dibahas sebelumnya yaitu antara VO2 max
dan total berat badan. Ini dikarenakan sebagian besar latihan dan kegiatan
olahraga merupakan pergerakan dari jumlah berat badan yang meliputi
sebagian besar beban kerjanya.
Seperti
yang telah dibahas sebelumnya, wanita menunjukkan konsentrasi hemoglobin yang
rendah daripada pria dan mereka cenderung memiliki jantung yang lebih kecil
meskipun Besar
jantung adalah relatif terhadap berat badan. Konsentrasi hemoglobin yang rendah
berhubungan dengan kapasitas pengiriman oksigen yang rendah dalam darah dan
jantung yang kecil berhubungan dengan volume maksimum detak dan keluaran jantung
yang kecil pula. Disebabkan oleh pengangkutan oksigennya yang lebih rendah dan
persentasi lemak tubuh yang lebih besar, wanita cenderung memperlihatkan nilai
VO2 max (dalam berat badan relatif) yang relatif lebih rendah daripada pria.
Pada orang dewasa tidak terlatih perbedaan nilai VO2 max dalam berat relatif
kira- kira 20%. Perbedaan ini lebih sempit pada atlit yang terlatih, seperti
contoh pada atlit daya tahan kelas dunia (pelari, perenang, pembalab sepeda)
VO2 max pada pria lebih kurang 70ml/kg/men dan 80ml/kg/men pada wanita, Astrand
(1967).
Lebih
rendahnya konsentrasi Hb pada wanita dewasa kadang- kadang dikaitkan dengan
anemia/kekurangan zat besi. Anemia menandakan konsentrasi Hb dibawah normal dan
menunjukkan keseimbangan negatif dari zat besi (umumnya asupan dan penyerapan
zat besi tidak memadai). Kekurangan zat besi pada wanita dewasa berhubungan
dengan pendarahan pada saat menstruasi.
2.3 Kekuatan
Untuk luas
penampang melintang yang sama, power otot wanita adalah 20-25% lebih rendah
daripada pria. Hali ini disebabkan struktur histologisnya yang berbeda, yaitu
karenaotot wanita mempunyai lemak yang lebih banyak, maka kepadatan
serabut-serabut otot per luas menampang melintang yang sama lebih sedikit
daripada pria. Misalnya kekuatan fleksor lengan pada wanita normal hanya
sebesar 53-60% pria. Dalam perkembangannya pada masa anak-anak dan usia muda,
pada awalnya tidak ada perbedaan yang signifikanantar gender dalam hal ratio
berat badan terhadap kekuatannya, untu anak 13-14 tahun ratio itu praktis sama.
Jadi pada awal pubertas kekuatan anak-anak wanita dan pria kurang lebih sama. Tetapi pada saat dewasa, kekuatan wanita bertambah dengan ¼ nya sedangkan kekuatan pria bertambah dengan 2/3 nya. Ini berarti bahwa daya keterlatihan kekuatan pria lebih dari 2x daya keterlatihan wanita. Di bawah pengaruh hormon anabolic steroid perkembangan otot wanita dapat menjadi lebih baik, hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh unsur androgenik dari hormon anabolik tersebut, dan oleh karena itu hormon anabolic steroid dapat menimbulkan efek virilisasi (menimbulkan ciri-ciri kelamin pria).
Jadi pada awal pubertas kekuatan anak-anak wanita dan pria kurang lebih sama. Tetapi pada saat dewasa, kekuatan wanita bertambah dengan ¼ nya sedangkan kekuatan pria bertambah dengan 2/3 nya. Ini berarti bahwa daya keterlatihan kekuatan pria lebih dari 2x daya keterlatihan wanita. Di bawah pengaruh hormon anabolic steroid perkembangan otot wanita dapat menjadi lebih baik, hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh unsur androgenik dari hormon anabolik tersebut, dan oleh karena itu hormon anabolic steroid dapat menimbulkan efek virilisasi (menimbulkan ciri-ciri kelamin pria).
Wilmore,
1982 melaporkan bahwa nilai kekuatan gabungan adalah 30-40% lebih besar pada
pria daripada wanita. Bagaimanapun, sebagian besar perbedaan tersebut
disebabkan oleh kekuatan tubuh wanita bagian atas yang jauh lebih rendah.
Perbedaan jenis kelamin dalam kekuatan rupanya seluruhnya disebabkan oleh
jumlah otot, bukan kualitas otot.
Tentu saja, kekuatan adalah suatu kunci yang menentukan penampilan pada semua jenis olahraga yang memerlukan pemakaian tenaga untuk sasaran luar. Perbedaan pada berat badan dan massa otot ini mungkin dapat menjelaskan banyak perbedaan penampilan yang disebabkan oleh perbedaan jenis kelamin pada kegiatan olahraga yang berhubungan dengan kekuatan.
Tentu saja, kekuatan adalah suatu kunci yang menentukan penampilan pada semua jenis olahraga yang memerlukan pemakaian tenaga untuk sasaran luar. Perbedaan pada berat badan dan massa otot ini mungkin dapat menjelaskan banyak perbedaan penampilan yang disebabkan oleh perbedaan jenis kelamin pada kegiatan olahraga yang berhubungan dengan kekuatan.
Fox, (1993)
mengatakan perbedaan kekuatan antara pria dan wanita harus dikaji dari 3 sudut
pandang :
1.Kekuatan
absolut
2.Kekuatan
dalam kaitannya dengan ukuran dan komposisi tubuh.
3.Kekuatan
dalam kaitannya dengan ukuran otot
2.3.1 Kekuatan
Absolut
Kekuatan
abosolut merupakan kamampuan otot untuk menggunakan kekuatan secara
maksimal tanpa memperhatikan berat badannya sendiri. Kekuatan absolut pada pria
lebih kuat dibandingkan dengan wanita. Kekuatan otot umumnya pada pada wanita
adalah sekitar dua pertiga kekuatan otot pria. Sebagai contoh, dibandingkan
dengan pria wanita lebih lemah di dada, lengan dan bahu akan tetapi terkuat di
otot kaki. Hal ini cenderung berkaitan dengan fakta bahwa pria dan wanita
menggunakan kaki mereka untuk tingkat aktivitas yang sama, misalnya
berdiri, berjalan, berlari, naik tangga dan lain-lain. Di sisi lain, wanita
yang baru-baru ini mempunyai minat yang kuat pada latihan beban dan
mempunyai keterlibatan yang lebih besar dalam olahraga, memiliki sedikit kesempatan
untuk menggunakan otot-otot ekstremitas atas mereka.
2.3.2 Kekuatan
relatif terhadap ukuran dan komposisi tubuh
Sama halnya
dengan kemampuan fungsional yang lain yang telah dibahas sebelumnya, perbedaan
kekuatan antara pria dan wanita akan berkurang jika dikaitakan dengan ukuran
tubuh. Kekuatan kaki per berat badan tanpa lemak sebenarnya hampir sama pada
pria dan wanita. Fakta bahwa kekuatan kaki antara kedua jenis kelmin adalah
sama ketika dinyatakan per berat badan tanpa lemak baru-baru ini
ditunjukkan pada kekuatan isokinetik. Mesikipun kekuatan isometrik dan
isokinetik pada ektensor lutut pada kecepatan gerak yang lambat (misalnya, 60
derajat/men) adalah sama antara pria dan wanita. Namun, kekuatan
isokinetik pada kecepatan gerak yang lebih cepat (180-300 derajat/men) secara
signifikan lebih besar pada pria. Perbedaan kekuatan antara pria dan wanita ini
terkait dengan perbedaan jenis serat otot adan jenis serat otot yang digunakan.
2.3.3 Kekuatan
dan ukuran otot
Sejauh yang
diketahui kekuatan reltif terhadap ukuran otot (dinyatakan sebagai luas
penampang otot) adalah sama untuk pria dan wanita. Dengan kata lain meskipun
kekuatan absolut pada wanita hanya sekitar 70% dari kekuaatan absolut pria akan
tetapi kualitas serat otot untuk menggerahkan kekuatan adalah sama atau
tidak tergantung pada jenis kelamin.
2.3.4 Pengaruh
Latihan Beban Pada Wanita
Salah satu
konsep yang paling disalahpahami oleh pelatih atau spesialis kebugaran
dari efek program latihan beban pada individu terutama pada wanita
adalah bahwa meskipun program latihan beban meningkatkan kekuatan juga
menghasilkan otot yang menonjol dan akan berubah menjadi lemak ketika program
tidak lagi dilanjutkan. Untuk itu perlu pemahaman secara mendalam mengenai
kesalahpahaman dari konsep ini.
a.Peningkatan
kekuatan
Beberapa
hasil penlitian menunjukkan kekuatan otot pada pria dan wanita bisa
ditingkatkan melalui latihan beban.. Jumlah peningkatan kekuatan otot
yang dihasilkan adalah sama antara pria dan wanita kecuali pada bagian
otot lengan. Wilmore (1982) mengatakan, dengan mengikuti latihan beban
yang terprogram pria dan wanita mengalami sedikit perubahan dalam berat badan
total, hilangnya lemak tubuh dan peningkatan pada massa otot. Kehilangan pada
lemak tubuh cenderunglebih besar pada wanita sedangkan peningkatan pada massa
otot cenderung lebih besar pada pria.
b.Hipertrofi
otot
Peningkatan
kekuatan otot biasanya disertai dengan peningkatan serat otot. Akan tetapi
peningkatan ini kurang menonjol pada wanita. Pada setiap kasus, peningkatan
ketebalan otot lebih besar pada pria daripada wanita. Peningkatan
ketebalan otot yang terbesar pada wanita adala 0.6 cm. Terjadinya peningkatan
ketebalan otot yang kecil ini dengan jelas menunjukkan bahwa latihan beban yang
menyebabkan hipertrofi otot tidak akan mengakibatkan pembangunan otot secara
berlebihan atau menghasilkan efek yang maskulin pada wanita. Hipertrofi otot
diatur terutama oleh hormon testosteron yaitu sekitar sepuluh kali lebih banyak
pada darah pria normal dibandingkan pada wanita normal. Faktor lain yang perlu
diperhatikan adalah jumlah massa otot yag lebih kecil dan cadangan lemak
subkutan lemak yang lebih besar pada wanita yang cendrung membuat wanita cadi
lebih lembut dan mencirikan karakteristik sebagai seorang wanita.
2.4
Physical (aerobic) Trainability
2.4.1
Frekuensi, Durasi dan Intensitas Latihan Pada Wanita
2.4.1.1 Frekuensi
Frekuensi
latihan adalah berapa kali seseorang melakukan latihan dengan intensitas cukup
dalam satu minggu, Fox (1993). Frekuensi latihan yang efektif adalah 3-5
kali seminggu, sedangkan kurang dari 3 kali seminggu tidak memberikan dampak
pada tubuh (sajoto, 1995). Rata-rata pada mahasiswi perempuan perubahan
fisiologis secara signifikan dapat diwujudkan dengan program latihan yang
dilakukan sedikitnya dua atau tiga kali perminggu. Sama halnya dengan pria,
atlet wanita beraltih 5 atau 6 kaliperminggu. Maanfaat fisiologis
dari seringnya sesi latihan adalah untuk kebugaran dan juga untuk meningkatkan
keahlian atau strategi pada atlet, Fox (1993).
2.4.1.2 Durasi.
Durasi
latihan adalah jangka waktu yang digunakan dalam setiap latihan dimana
itensitas harus tetap dipertahankan. Latihan dilakukan minimal selama 20 menit
dn lama latihan yang optimal adalah 30-45 menit. Peningkatan yang
signifikan dalam kebugaran telah dicapai oleh wanita muda paling sedikit dengan
latihan selama 4 minggu dengan 5hari sesi latihan perminggu. Selain
itu dengan latihan selama 6-7 minggu dengan sesi latihan 2-5 hari
perminggu dan 10 minggu dengan sesi latihan 2 hari perminggu serta 14 minggu
dengan 3 hari perminggu dapat juga telah menghasilkan perbaikan
yang signifikan dalam kapasitas aerobik dan anaerobik, Fox, (1993).
2.4.I.3ntensitas
Intensitas
latihan adalah takaran atau berat ringannya latihan, Djawa (2009). Menurut
Sajoto (1995) intesitas latihan merupakan dosis latihan yang harus dilakukan
seseorang berdasarkan program latihan yang telah ditetapkan. Dari semua
informasi yang diperoleh pada pelatihan fisik untukpria dan wanita, intensitas
latihan merupakan hal paling penting dalam mewujudkan perubahan yang
signifikan.Terdapat intesitas ambang batas yang terjadi diatas perbaikan yang
signifikan tersebut. Intensitas ambang batas ini bervariasi pada setiap
individu dan berhubungan dengan tingkat kebugaran. Penentuan intensitas
latihan yang tepat adalah berdasarkan denyut jantung dan ukuran ambang batas
anerobik, Fox (1993).
2.4.1.4 Perubahan
Fisiologis Setelah Latihan
Suda
terbukti dengan jelas bahwa manfaat pada wanita dalam melakukan latihan adalah
sama seperti pria danmanfaat ini dibawa melalui perubahan
fisiologis yang sama, Fox. (1993). Hal ini berlaku untuk kinerja
maksimal serta untuk usaha submaksimal. Menurut Kusnanik, (2011) Latihan
akan menyebabkan adaptasi sedemikian rupa sehingga tubuh mampu meningkatkan
kapasitas maksimal aerobik (VO2 max) dan daya tahan secara keseluruhan.
2.4.1.5 Latihan
Kapasitas Kerja Maksimal dan Perubahannya.
Penenlitian
di swedia memberikan program latihan pada wanita non atlet usia 19 dan 30
tahun dengan bicycle ergometer selama 2 sampai 3 kali
perminggu selama 7 minggu. Setiap sesi latihan berlangsung selama 30 menit
dandan terdiri dari 6 interval, kapasitas bersepeda 70% untuk 3 menit dan
2 menit untuk pemulihan. Fox, (1993), perubahan fisiologis yang terjadi
meliputi :
1.Peningkatan
yang signifikan pada sistem kapasitas oksigen maksimal (VO2 max). Perubahan ini
sangat berhubungan dengan peningkatan volume darah, total hemoglobin, dan
ukuran jantung.
2.Peningkatan
yang signifikan pada penumpukan asam laktat dalam darah setelah latihan maksimal.
3.Peningkatan
yang signifikan pada cardiac ouput maximal(curah jantung maksimum)
dan stroke volume (isi sekuncup)
Hasil dari
penelitian ini telah dikonfirmasikan kepada penilitian lain yang melibatkan
kaum wanita muda dan terjadi penambahan dari kapasitas anerobik pada wanita
secara signifikan telah setelah mengikuti latihan 3 kali perminggu selama 6
minggu. Besarnya perubahan yang muncul itu dapat dibandingkan dengan pria., Fox
(1993)
2.4.1.6 Latihan pada submaksimal dan
Perubahannya
Seperti yang
telah dijelaskan diatas, perubahan fisiologis dari program latihan fisik
pada dasarnya sama pada kedua jenis kelamin begitu juga kaitannnya
dengan respon latihanpada kapaitas submaksimal. Berikut ini beberapa
perubahan yang terjadi setelah mengikuti latihan dengan bicycle
ergometer pada kapasitas submaximal dengan sesi latihan 2 dan 3
kali perminggu selama 7 minggu, Fox (1993) :
1.Tidak ada
atau sedikit perubahan pada steady state VO2max
2.Penurunan
yang signifikan pada asam latat setelah latihan
3.Penurunan
deyut nadi
4.Peningkatan
yang signifikan pada stroke volume (volume sekuncup)
5.Tidak ada
atau sedikit perubahan pada cardiac output.
Dengan
latihan kerja submaximal menjadi lebih ringan dan dapat mengurangi stres
fisiologis. Perlu diketahui bahwa sebagian besar dari kerja yang telah
dilakukan selama sesi latihan adalah submaximal, Fox (1993)
2.4.1.7 Perubahan
Biokimia
2.4.1.7.1Perubahan
Sistem Anerobik
1.Peningkatan
kapasitas sistem Phosphagen (ATP-PC)
Fox, (1993)
meningkatnya kapasitas sistem ATP-PC dalam otot rangka disebabkan oleh dua
perubahan kimiawi yaitu : (1) meningkatnya cadangan ATP-PC otot dan (2)
meningkatnya aktifitas enzim yang berperan dalam sistem tersebut yaitu enzim
ATPase yang mengkatalis penguraian ATP. Dan juga Myokinase (MK)
serta Creatine Phosphokinase (CPK) yang berperan dalam sintesa ATP, Ross
(2001).
2.Peningkatan
aktivitas enzim glikolitik
Pada
beberapa penelitian, aktifitas enzim phosphofructokinase (PFK) yang berperan
dalam proses awal glikolisis telah terbukti meningkat karena latihan, Fox
(1993). Selain itu juga terdapat peningkatan enzim glikolitik lainnya
seperti laktat dehidrogenase dan glokogen phosporilase setelah melakukan
olahraga dalam jangka waktu pendek (<10 detik) mupun lebih lama (>10
detik) (Ross, 2001). Meningkatnya aktifitas enzim tersebut akan meningkatkan
kecepatan dan jumlah pemecahan glikogen menjadi asam laktat sehingga sumber ATP
dari asam laktat akan meningkat (Fox, 1993).
3.Hipertrofi
serabut otot cepat (fast twitch muscle fibers)
2.4.1.7.2 Perubahan
Sistem Aerobik
1.Peningkatan
konten mioglobin
Miglobin
merupkan sejenis pigmen seperti hemoglobin pada darah yang berfungsi untuk
mengikat oksigen pada otot. Fungsi utamanya adalah untu metransport oksigen
dari membran sel kepada mitokondria. Latihan dapat menyebabkan peningkatan
kandungan mioglobin otot dimana hal ini hanya terjadi pada otot yang bereran
aktif pada proses latihan tesebut dan dipengaruhi oleh frekuensi latihan, Fox
(1993).
2.Meningkatkan
oksidasi karbohidrat dan metabolisme lemak
Latihan
meningkatkan kapasitas otot rangka untuk memecah glikogen dengan adanya oksigen
(oksidasi) menjadi CO2 + H2O dengan produksi ATP. Dengan kata lain kapasitas
otot untuk menghasilkan energi secara aerobik ditingkatkan. Bukti untuk
perubahan ini adalah peningkatan kekuatan aerobik maksimal (VO2 max).
Peningkatan kemampuan sel otot untuk mengoksidasi karbohidrat ini disebabkan
oleh 2 faktor utama yaitu : (1) peningkatan jumlah ukuran dan luas permukaan
membran mitokondria otot rangka dan (2) peningkatan dalam tingkat aktivitas
atau konsentrasi enzim yang terlibat dalam siklus Krebs dan transport
elektron.Meningkatnya kemampuan untuk mengoksidasi lemak pada latihan
disebabkan oleh 3 hal utama : (1) meningkatnya cadangan trigliserida (2)
meningkatnya penggunaan lemak sebagai bahan bakar (3) meningkatnya enzim yang
berperan dalam aktivasi transport, serta oksidasi asam lemak, Fox (1993).
3.Hipertrofi
serabut otot lambat (slow twitch musclefibers)
2.4.1.7.3 Perubahan
Komposisi Tubuh
Perubahan
pada komposisi tubuh yang disebabkan oleh latihan fisik sama dengan yang
dijelaskan pada efek setelahlatihan beban. Dengan kata lain wanita dapat : (1)
menurunkan lemak tubuh (2) tidak terjadi perubahan atau sedikit peningkatan
pada berat badan tanpa lemak (3) sedikit penurunan dari berat tubuh
total khususnya pada penurunan lemak tubuh. Penurunan lemak tubuh
tergantung dari jumlah kalori yang masuk dan dikeluarkan, Fox (1993). Hal
serupa juga diutarakan ole Mc. Ardle, (2007) yang menyatakan bahwa latihan yang
teratur sedikit peningkatan pada massa tubuh bebas lemak dan berlaku untuk
kedua jenis kelamin.
2.4.1.7.4 Perubahan
Lain Akibat Latihan
Dengan
latihan fisik jangka pendek intesitas sedang (7minggu, 2 atau 3 kali
perminggu) akan menyebabkan penurunan yang signifikan pada kadar kolesterol
darah,penurunan serum ion, penurunan pada tekanan darah sistol dan diastol
pada saat istirahat. Perubahan pada kolesterol dan tekanan darah memberikan
manfaat akan tetapi tidak terhadap penurunan serum ion. Serum
ion merupakan jumlah zat besi dalam peredaran darah. Meskipun sebagian
besar penelitian belum memastikan temuan tersebut tetapi ini perlu diingat
khususnya latihan fisik pada wanita yang juga telah banyak kehilangan serum
ion pada saat menstruasi. Keuntungan tambahan dari latihan submaximal
ini adalah meningkatkan toleransi panas yang dibuktikan dengan pengurangan suhu
inti, detak jantung yang lebih rendah dan pertambahan keringat, Fox (1993).
2.4.1.7.5 Perubahan
Akibat Detraining
Keuntungan
yang didapat dari latihan dapat hilang dalam periode waktu yang singkat setelah
latihan dihentikan. Periode dimana dilakukan penghentian latihan dinamakan
dengandetraining. Perubahan tersebut akan tampak pada saat 4-8
minggu setelah penghentian latihan seperti penurunan metbolisme, sistem
kardiovaskuler, dan perubahan pada enzim otot. Penurunan yang cukup besar pada
kapasitas maksimal (VO2 max) yakni sekitar 6-7%, total Hb, dan penurunan volume
darah setelah hanya 1 minggu mengalamibed rest total. Laju
penurunan ini antara pria dan wanita adalah sama.
Pemeliharaan
latihan memberikan keuntungan yang sama pada pria dan wanita. Dengan kata lain,
pemeliharaan latihan menuntut intensitas kerjaa yang sama tetapi dengan
sedikitnya sesi latihan per minggu dibandingkan dengan latihan rutin juga
dapat mempertahankan keuntungan yang banyak dari latihan, Fox (1993).
Sumber : FOX :1993
0 Comment to "WOMEN AND SPORT"
Post a Comment