PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Manusia
diciptakan dengan segala kesempurnaannya, sistem manusia begitu kompleks dan
menarik untuk dipelajari, sejak ratusan tahun lalu manusia berusaha menemukan
jawaban dengan mempelajari bagaimana
tubuh bekerja sebagai suatu sistem yang terintegrasi. Salah satu sistem tubuh
yang banyak dipelajari oleh para ahli adalah sistem jantung-paru atau disebut
dengan cardiovascular system. Secara
umum cardiovascular system terdiri atas 4 komponen : jantung,
paru, pembuluh darah dan darah (Pate, 1984), sitem kerja cardiovascular memainkan peranan penting dalam tubuh untuk
memberikan respon terhadap latihan atau olah raga. Latihan
adalah aktivitas sistematik dari fungsi
fisiologi dan psikologi masusia dalam waktu yang panjang, adanya peningkatan
individual untuk mencapai target tertentu (Bompa,1990).
Beberapa
perubahan cardiovascular terjadi
selama latihan bertujuan untuk meningkatkan performa latihan dan bahkan dapat
memberikan pengaruh pada cardiovascular
system dalam masa akut maupun kronis. Sistem cardiovascular yang terjadi secara khusus pada :
1.
Heart Rate (HR) / Denyut Nadi
2.
Stroke Volume (SV) / Isi Sekuncup
3.
Cardiac Output (Q) / Curah Jantung
4.
Blood Pressure & Flow / Tekanan
dan Aliran Darah
5. Blood
/ Darah
(Wilmore,
Costili, Kenney, 2008)
B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalahnya
adalah bagaimana Cardiovascular
Response to Exercise
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
mengetahui Cardiovascular
Response to Exercise.
A.
Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1.
Untuk
mengetahui,memahami dan menjelaskan bagaimana Cardivasicular
Response to Ecercise.
PEMBAHASAN
Proses mekanisme siklus
jantung ( Cardiac Cycle )
Proses –proses mekanisme pada
jantung-kontraksi, relaksasi, dan perubahan aliran darah melalui jantung yang
ditimbulkannya disebabkan oleh perbahan ritmik aktivitas listrik jantung.
a. Jantung
Secara bergantian berkontraksi untuk pengosongan dan melemas utuk pengisian
dirinya.
Siklus jantung terdiri dari sistol (kontraksi dan pengosongan) dan diastol ( Relaksasi dan Pengisian )
yang bergantian.Kontraksi terjadi karena penyebaran ekistasi ke seluruh
jantung, sementara relaksasi mengikuti repolarisasi otot jantung, Atrium dan
pentrikel melakukan siklus sistol dan diastol secara terpisah. Kecuali jika
disebutkan kata sistol dan diastol merujuk kepada yang terjadi di ventrikel.
Siklus jantung terdiri atas satu
periode relaksasi yang disebut Diastole, yaitu periode pengisian jantung dengan
darah, yang diikuti oleh satu periode kontraksi yang disebut sistole.
Selama sebagaian
besar diastol ventrikel atrium juga masih berada dalam diastol. Tahap ini
berkorespondensi dengan interval Tp pada EKG –interval setelah repolarisasi
ventrikel dan sebelum depolarisasi atrium berikutnya. Karena darah dari sistem
vena terus mengalir kedalam atrium maka tekanan atrium sedikit melebihi tekanan
ventrikel meskipun kedua rongga ini berada dalam keadaan relaksasi . Karena
perbedaan tekanan maka katup Av terbuka dan darah langsung mengalir keatrium
kedalam ventrikel pada sepanjang diastol ventrikel.
2. Menjelang
akhir diastol ventrikel
Menjelang akhir
diatol ventrikel, Nodus SA mencapai batas ambang dan melepaskan muatan. Impuls
menyebar keseluruh Atrium yang tampak di EKG sebagai gelombang P. Depolarisasi
atrium menyebabkan kontrksi atrium dan meningkatkan kurva tekanan atrium dan
memeras lebih banyak darah kedalam ventrikeln yang terjadi secara bersamaan
dengan peningkatan tekanan atrium yang disebabkan oleh tambahan volume darah
yang dimasukkan ke ventrikel oleh kontraksi atrium.
3. Akhir
diastol ventrikel
Diastol
vetnrikel berakhir pada awitan kontraksi ventrikel. Pada saat ini kontraksi
atrium dan pengisian ventrikel telah tuntas. Volume darah pada akhir diastol
disebut volume diastol akhir ( VDA ). Rata-rata
sekitar 135ml.
4. Kontraksi
ventrikel isovolumetrik
Setelah tekanan
ventrikel melebihi tekanan atrium dan katup AV tertutup, maka untuk membuka
aorta maka tekanan ventrikel harus meningkat samapai melebihi tekanan aorta.
Oleh karena itu setelah katup AV tertutup dan sebelum katup aorta terbuka maka
terdapat periode singkat karena ventrikel menjadi ruang tertutup. Karena semua
ruang tertutup maka tidak ada darah yang masuk ataupun keluar dari ventrikel
selama waktu itu. Periode ini dianamakan sebagai Kontraksi ventrikal
isovolumetrik .
5. Ejeksi
Ventrikel
Ketika tekanan
vetrikel melebihi aorta maka katup aorta terbuka dan dimulailah ejeksi atau
penyemprotan darah. Jumlah darah. Jumlah darah yang dipompa keluar dari masing
–masing ventrikel pada setiap kontraksi disebut Isi Sekuncup (IS).Kurva Tekanan aorta meningkat sewaktu darah
dipaksa masuk kedalam aorta dari ventrikel lebih cepat daripada daarah yang
mengalir kedalam pembuluh-pembuluh yang disebut hilir.
6. Akhitr
sistol vetrikal
Ventrikal tidsk
mengosngkan isinya secara sempurna selama masa injeksi. Dalam keadaan normal
hanya separuh dari darah didalam ventrikel pada akhir diastol yang dipompa
keluar selama sistol berikutnya.
b. Kedua
bunyi Jantung berkaitan dengan penutupan katup.
Selama Siklus
Jantung secara normal dapat didengar dua bunyi jantung utama dalam stateskop.
Bunyi janutng utama bernada rendah, lembut dan relatif lama sering disebut
bunyi “ lub” Bunyi jantung kedua memiliki nada lebih tinggi serta lebih singkat
dan tajam seperti dikatakan sering berbunyi “Dup”. Bunyi disebabkan getaran
yang terbentuk dalam dinding vetrikel dan arteri besar swaktu katyup menutup
dan bukan oleh aktup itu sendiri.
(Sherwood, 2009)
Respon akut yang terjadi pada cardiovascular :
1.
Peningkatan HR/ denyut nadi; peningkatan denyut nadi pada saat setelah latihan
diakibatkan kebutuhan penyediaan darah yang lebih banyak pada saat latihan.
2.
Peningkatan Stroke Volume; SV adalah
jumlah darah yang dipompa oleh jantung dalam 1 kali denyutan. SV dipengaruhi
oleh jumlah darah yang kembali ke jantung, kekuatan kontraksi otot jantung dan
stimulasi dari saraf simpatik. Pada waktu latihan ketiganya mengalami perubahan
sehingga terjadilah peningkatan stroke
volume.
3.
Peningkatan Cadiac output; terjadi
karena ada peningkatan stroke volume
dan denyut nadi.
4.
Peningkatan VO2 max. Ketika beban kerja meningkat konsumsi oksigen / O2
juga akan meningkat pada saat tersebut ambilan oksigen akan mencapai nilai
maksimal.
Respon kronis yang terjadi pada cardiovascular :
Pada latihan jangka waktu panjang sumber energi yang
dipakai adalah mengunakan oksigen dikenal dengan nama aerobic system. Pada latihan ini denyut nadi, frekwensi pernapasan,
cardiac output dan kebutuhan oksigen
meningkat. Peningkatan frekwensi pernapasan akan miningkatkan jumlah oksigen
pada paru-paru yang akan meningkatkan proses difusi pada pembuluh darah.
Peningkatan cardiac output akan
meningkatkan jumlah darah yang ada pada pembuluh darah, akibatnya akan
meningkatkan jumlah oksigen dalam otot. Pada bagian penting peningkatan cardiac output dapat diperoleh dari
peningkatan denyut nadi dan stroke volume.
Perubahan stroke volume terjadi
selama latihan relative lebih kecil, salah satu keuntungan dari latihan adalah
peningkatan stroke volume. Latihan fisik keras memiliki keterbatasan yaitu kemampuan jantung
sebagai pompa yang mampu mengirimkan darah dalam memenuhi kebutuhan oksigen
ketika terjadi kontraksi otot. Pada kerja yang sangat berat peningkatan denyut
nadi akan akan melewati batas kemampuan akhir dari aktivitas. Ketika aktivitas
kerja berat dihentikan maka denyut nadi akan turun dengan cepat dalam 2-3
menit.
Setelah
latihan teratur 1-3 minggu maka akan terjadi perubahan sebagai berikut :
1.
Peningkatan VO2max
2.
Penururunan target zone maksimal dan
submaksimal
3.
Penurunan asam laktat
Dampak respon kronis pada waktu latihan:
1.
Peningkatan ukuran jantung, terutama pada ventrikel kiri
2. Penurunan denyut nadi istirahat
Heart Rate (HR) / Denyut Nadi
HR merupakan salah satu parameter
sederhana yang paling informative,
pengukuran HR pada subjek
biasanya dilakukan pada radial atau
carotid artery. HR merupakan indikator
dari intensitas latihan.
Menurut T. Howley (1997)
“Intensitas latihan adalah besarnya energy yang dibutuhkan untuk beraktivitas
dihubungkan dengan HR atau VO2”.
Resting
Heart Rate (RHR) / Denyut Nadi Istirahat
Pada kebanyakan orang rata-rata RHR
60-80 denyut/menit, Pada atlete yang sudah terlatih RHR bisa lebih rendah dari
orang normal sekitar 28-48 denyut/menit.
Sesaat sebelum memulai latihan
denyut nadi sebelum latihan biasanya meningkat dari kondisi normal, kondisi ini
disebut dengan Anticipatory response,
Anticipatory response terjadi karena ada pelepasan norepinephrine sebagai neurotransmitter
yang berasal dari system saraf simpatik dan juga melepaskan epinephrine
hormone dari adrenal modulla.
Heart Rate During Exercise
Ketika
kita memulai latihan denyut nadi akan meningkat seiring dengan peningkatan
intensitas, saat intensitas latihan berada pada puncak maksimal maka denyut
nadi juga berada pada titik puncak disebut Maximum
Heart Rate HRMax
Stroke Volume (SV)
SV juga meningkat selama latihan, hal ini
terjadi karena tubuh berusaha menyesuaikan terhadap perubahan yang terjadi, SV
ditentukan oleh empat faktor :
1. Volume
darah venous yang kembaali ke jantung
2. Ventricular
distensibility (Kemampuan Ventricle membesar untuk isi maksimal)
3. Ventricular
contractility (kemampuan kontraksi ventricle)
4. Aortic or pulmonary
artery pressure (tekanan untuk membuat ventrivle kontaksi)
Mekanisme
SV dapat di jelaskan dalam mekanisme Frank
Starling, saat darah masuk dan mengisi ventricle dalam jumlah besar selama diastole dinding ventricle meregang,
untuk merespons dan mengeluarkan jumlah darah yang besar ventricle akan
berkontraksi dengan kuat.
Keterbatasan
darah yang kembali dari vena (venous
return) dikarenakan saat latihan denyut nadi meningkat, waktu pengisian
ventrikel semakin sedikit sehingga voleme akhir dapat mencapai titik jenuh (plateau) atau bahkan menurun. Faktor
yang dapat meningkatkan adalah dikarenakan saat berlatih tahanan perifer
menurun karena ada vasodilatisi daerah otot yang aktif.
Cardiac output (Q)
Cardiac Output
adalah Stoke Volume x Heart Rate (Q = SV x HR). Fungsi Q adalah untuk
menyediakan oksigen pada otot yang aktif, sehingga hubungan antara Q dan intensitas latihan adalah linier, demikian juga dengan hubungan
antara intensitas latihan dan denyut nadi. Pada intensitas latihan 40%-60%
HRmax maka SV tidak akan meningkat (plateau) atau meingkat sedikit sehingga
kenaikan cardiac output lebih
disebabkan karena peningkatan denyut nadi. Pada sesorang yang sangat terlatih,
cardiac output masih bisa meningkat lagi pada intensitas latihan yang lebih
tinggi, sehingga menyebabkan peningkatan cardiac
output.
Pada kondisi normal besar cardiac output sesorang adalah 5 L/min,
hal itu juga dipengaruhi oleh ukuran tubuh seseorang, Maksimal cardiac output pada orang terlatih
sekitar 20 L/min – 40 L/min (elite
endurance athlete). (Wilmore, dkk,
2008)
Blood Pressure
Saat
melakukan latihan dinamis, tekanan darah
meningkat seiring dengan intensitas latihan. Tekanan sistolik dari 120 mmHg
dapat meningkat hingga 240-250 mmHg pada seseorang yang terlatih. Peningkatan
tekan darah adalah akibat dari meningkatnya cardiac
output atau curah jantung.
Tekanan
sistolik mencapai kesetabilan pada saat intensitas stabil atau saat intensitas
latihan mulai menurun. Hal ini wajar karena meningkatnya vasodilatasi arteriole pada otot yang aktif, yang
menurunkan tahanan total tahanan perifer (Total
Peripheral Resistance/TPR). Blood
Pressure = Cardiac Output x Total Peripheral Resistance. Saat latihan
dengan intensitas yang sama, ekstrimitas tubuh atas menghasilkan tekanan
diastolik yang lebih besar dibandingkan dengan ekstrimitas bawah, hal ini
dikrenakan ekstremitas bagian atas lebih kecil sehingga intensitasnya lebih
berat.
Pada
latihan anerobik (angkat beban) tekanan darah bisa mencapai 480/350 mmHg
terutama saat melakukan valsalva maneuver.
Valsalva Maneuver terjadi bila
seseorang mencoba hembus nafas saat mulut, hidung dan glottis tertutup sehingga mengakibatkan tekanan dalam torak
meningkat (intrathoracic pressure).
Tekanan intrathoracic meningkat
mengakibatkan tahanan perifer meningkat tinggi, sehingga tekanan tubuh berusaha
mempertahankan keseimbangan dengan meningkatkan tekanan sistolik.
Blood Flow
Saat
istirahat, otot hanya mendapat 15%-20% suplai darah, sebaliknya saat latihan
dengan intensitas tinggi otot mendapat suplai 80%-85% dari cardiac output, perubahan aliran darah ini dicapai dengan
mengurangi aliran darah ke ginjal, hati, lambung dan usus halus.
Begitu
latihan dimulai maka otot aktif akan memberi sinyal untuk lebih banyak oksigen,
ini direspon dengan meningkatkan rangsang simpatik yang bersifar vasokonstriksi,
sehingga suhu otot, CO2 meningkat, dan pH
darah menurun. Pada kulit terjadi perubahan dari vasokonstriksi di awal latihan
menjadi vasodilatasi lokal, diikuti dengan melepaskan suhu tubuh yang
meningkat.
Blood
Darah
merupakan salah satu komponen cardiovascular
yang membawa bahan-bahan yang diperlukan
oleh jaringan dan membawa sampah metabolic
dari jaringan. Dengan meningkatnya metabolisme maka darah memiliki peranan
penting dalam menunjang kerja optimal.
Oxygen Content
Saat
istirahat, oksigen darah sekitar 20 mlO2/100ml darah arterial dan 14
mlO2 di daerah vena yang kembali ke atrium/serambi kanan. Perbedaan
ini , 20 mlO2 - 14 mlO2 = 6 mlO2 disebut
arterial mixed venous oxygen difference atau (a-v)O2 difference. Seiring meningkatnya intensitas
latihan maka (a-v)O2
difference juga meningkat secara progresiv sampai 3x lipat dari saat
istirahat, meningkatnya perbedaan tersebut membuat penurunan kadar O2
di vena, karena O2 lebih banyak diekstrasi dari darah untuk keperluan
pembakaran bahan makanan. Darah vena jarang kurang dari 4 ml karena darah
yangkembali dari jaringan aktif bercampur dengan darah dari jaringan tidak
aktif, oksigen yang digunakan jaringan tidak aktif lebih sedikit.
Plasma Volume
Pergerakan
cairan keluar masuk kapiler ke jaringan interstitial
adalah karena adanya tekanan hydrostatic
dan osmotic. Karena tekana darah
meningkat saat latihan maka tekana tekanan hidrostatik juga akan naik, hal ini
menyebabkan darah keluar dari kapiler, sehingga produk sampah metabolic di
jaringan otot juga akan bertambah sehingga mengakibatkan intramuscular osmotic pressure bertambah, menyebabkan plasma
tertarik dari kapiler menuju otot. Pada latihan daya tahan yang melelahkan,
volume plasma berkurang 15-20% dalam 1 menit. Untuk aktivitas jangka pendek
dalam beberapa menit maka volume plasma tidak banyak berpengaruh.
Central Regulation of the Cardiorespiratory System During dynamic Exercise
Penyesuaian
cardiocascular dan respiratory pada saat latihan
berlangsung dengan cepat. Dalam 1 detik kontraksi otot denyut nadi akan
meningkat. Peningkatan cardiac output
dan tekanan darah akan meningkatkan aliran darah pada jaringan otot yang aktif
untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Apa yang menyebabkan perubahan cardiovascular system?
Penjelasan
dari pertanyaan di atas dapat diperoleh melalui Central Command Theory yang melibatkan aktivasi parallel antara
motor dan cardiovascular system di
otak. Aktivasi yang cepat pada central command menyebabkan peningkatan
denyut nadi dan tekanan darah. Berikutnya respon cardiovascular pada latihan
dimodivikasi oleh mechanoreceptors, chemoreceptors dan baroreceptors. Baroreceptors adalah receptor-reseptor
yang sensitive untuk meregang dan mengirim kembali informasi tekana darah ke
pusat kontrol. Signal dari perifer dikirim kembali ke pusat control cardiovascular melalui stimulasi
mechanoreceptors yang sensitive
meregangkan otot rangka, dan melalui chemoreceptors
yang sensitive meningkatkan metabolisme di dalam otot. Feedback tekanan darah dan lingkungan otot lokal membantu untuk cardiovascular respons.
to Acute Exercise
Pulmonary ventilation
meningkat saat latihan seiring langsung dengan meningkatnya kebutuhan metabolik
pada otot yang dilatih. Pada latihan intensitas rendah respon ini mengakibatkan
peningkatan tidal volume (jumlah
udara yang keluar masuk paru saat bernafas), Pada latihan intensitas tinggi
respirasi juga meningkat, jumlah maksimum pulmonary
ventilation tergantung dari ukuran tubuh. Max Ventilation Rate sekitar 100 ml/min pada individu yang lebih
kecil, sedangkan pada invidu yang lebih besar sekitar 200 ml/min.
Breathing Irregularities During Exercise
Dyspnea
Dyspnea
adalah keadaan dimana nafas pendek-penek saat olahraga, sering terjadi pada
seseorang dengan kondisi fisik kurang baik, mencoba berolahraga pada intensitas
yang mingkatkan CO2, Walaupun pusat informasi sudah memberi signal,
tetapi otot pernafasan sudah lelah dan tidak mampu mempertahannkan homeostasis.
Hyperventilation
Hyperventilation
dapat menurunkan pCO2 dari normal 40 mmHg menjadi 15 mmHg. hal ini
menandakan sensitivitas karbondioksida dan pH, terjadi saat seseorang sudah
melewati ambang anaerobic atau ambang ventilasi (ventilatory threshold), fenomena ini adalah normal.
Valsalva Maneuver
Adalah
prosedur nafas yang berbahaya biasa di lakukan olah olah olahraga latihan
beban, bisa terjadi bila:
1. Seseorang
menutup glottis (pembukaan diantara
pita suara) saat angkat beban.
2. Memaksa
diaphragm dan otot perut
berkontraksi, sehingga menyebabkan tekanan intraabominal
meningkat.
3. Memakasa
otot pernafasan untuk kontraksi, sehingga menyebabkan intrathorax meningkat dan meningkatkan tekana darah.
Ventilation and Energy Metabolism
Saat
aktivitas yang lama dan kondisi siaga ventilasi akan memenuhi kecepatan
metabolism energy.
Ventilatory Equivalent for Oxigen
Adalah
perbandingan volume udara yang dikeluarkan / Voleme Expiration (VE) dengan oksigen yang dikonsumsi tubuh (VO2),
jadi VE/VO2. Saat istirahat perbandingannya sekitar 23-28 L udara/1L
O2, Saat intensitas mendekati maksimal pebandingan ini lebih besar
dari 30 L udara/1L. umumnya perbandingan
ini dalah konstan, berarti ventilasi paru masih dapat menyediakan O2
yang diperlukan.
Ventilatory Threshold
Meningkatnya
intensitas latihan akan mengakibatkan meningkatnya ventilasi yang tidak
seimbang dengan konsumsi oksigen. Titik tersebut dinamakan ambang ventilasi
atau ventilatory threshold. Ventilatory threshold ini disebabkan
oleh meningkatnya produksi asam laktat dan bereaksi dengan sodium bicarbonate membentuk sodium laktat, air dan karbondioksida.
Meingkatnya CO2 akan meningkatkan respirasi. Jadi Ventilatory Threshold adalah gambaran
renpon respirasi terhadap meningkanya kadar CO2.
Respiratory Limitations to Performance
Otot
respirasi didisain untuk dapat melakukan kontraksi respirasi yang lebih lama
daripada kontraksi otot rangka. Diafragma mempunyai kapasitas oksidatif maupun
kepadatan kapiler 2-3x lebih besar dari otot rangka.Pada atlet terlatih saat
melakukan usaha maksimal akan mengakibatkan penurunan pO2, dikenal
dengan istilah exercise induced arterial
hypoxemia. Tidak ada waktu untuk alveoli mengikat oksigen secara maksimal.
Pada individu yang rentan latihan dapat menyebabkan asthma atau exercise induced
asthma.
Respiratory Regulation of Acid-Base Balance
Sistem
respirasi berperan penting dalam penyesuaian keadaaan asam basa saat latihan.
Untuk meminimalkan H+, darah dan otot mengandung larutan basa lemah
untuk menetralisir. Saat istirahat cairan tubuh bersifat basa oleh senyawa
bikarbonat, fosfat dan protein, sehingga pH darah bersifat basa sekitar 7,4 dan
7,1 di otot. Batas toleransi pH di darah adalah 6,9-7,5. pH normal otot adalah
7,1. Bila pH > 7 disebut alkalosis
dan bila pH < 7 disebut acidosis.
Tiga
penyangga tubuh adalah bikarbonat (HCO3), fosfat organic dan
protein, ditambah hemoglobin. Ketika
asam lakta menurun pH dari 7,4 menjadi 7, maka 60% bikarbonat dalam arah telah
digunakan. Fungsi senyawa bikarbonat adalah membawa ian H+ ke paru
dan ginjal, H+ terutama disangga asam fosfat dan sodium fosfat, di
intrasel kurang terdapat bikarbonat. Banyaknya H+ bebas merangsang
pusat respirasi untuk meningkatkan ventilasi.
dkk, 2008)
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun
kesimpulannya adalah :
1.
Efek jangka pendek.
Seiring
dengan naiknya intensitas latihan maka denyut nadi juga akan meningkat sesuai
dengan peningkatan intensitas ( HR max ). Stroke Volume (SV) juga akan meningkat 40%-60% dari VO2 max pada
soerang yang belum terlatih dan akan terus meningkat pada seorang yang sudah
terlatih. Peningkatan HR dan SV merupakan kombinasi dalam peningkatan cardiac output (Q). Sehingga sirkulasi
darah lebih cepat terpompa ke otot aktif dengan membawa cukup O2 yang
dibutuhkan dan membersihkan atau menghilangkan produk sisa metabolism.
2.
Efek jangka panjang
Denyut
jantung istirahat lebih rendah pada orang yang terlatih, stroke volume lebih
besar, VO2 max meningkat, jumlah O2
dalam tubuh lebih banyak dan waktu pulih asal atau recovery lebih cepat.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari
bahwa masih terdapat banyak kekurangan baik dalam tata cara penulisan maupun
tata bahasa serta pendalaman materi. Untuk itu saran dan kritik membangun
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR
REFERENSI
Bompa,
Tudor O. 1990. Theory and Methodology of
Training (2nd ed.). Ontario Canada. Kendall/Hunt Publishing
Company.
Comprehensivephysiology.com. Cardiorespiratory
Control During Exercise, diakses 27 Oktober 2012.
Kusnanik,
Nining W, dkk. 2011. Dasar-dasar Fisiologi Olahraga.
Surabaya: Unesa University Press.
Pate,
Rotella, McClenaghan.1984. Scientific
Foundations of Coaching. New York: Saunders College Publishing.
Wilmore,
JH, Costill,Kenney. 2008. Physiology of
Sport and Exercise (4th ed.). United State. Human Kinetics.
Howley,
Edward T. Franks, B.Don. 1997. Health
Fitness and Instructor’s Handbook (3rd ed.). United State. Human
Kinetics.
Sherwood, L. 2009 . Fisiologi manusia :
Dari sel ke system ( 6th . ed.). Singapore : cengage Learning Asia
Pte.ltd .
cardiovascularsystem.wordpress.com . Cardio Conduction System diakses 27
oktober 2012
http://untukhidupsehat.blogspot.com/2011Cara Kerja otot jantung. diakses 27
oktober 2012